Friday, 17 July 2015

HEALER - drama korea

    Weekend terakhir sebelum lebaran tahun 2015 ini, aku habiskan dengan menonton film serial drama Korea, yang berjudul HEALER. Film ini menceritakan mengenai kehidupan lima sekawan yang memiliki hobby sebagai reporter ilegal. Dimana pada zaman mereka, kebebasan pers sangat dikontrol oleh pemerintah. Oleh karena itu, lima sekawan ini melakukan penyiaran secara sembunyi-sembunyi melalui radio dimana radio itupun hasil rekatan mereka sendiri. Karena nyali mereka yang begitu luar biasa di dalam memberitakan kebenaran, akhirnya mereka selalu menjadi "buronan" polisi. Akan tetapi mereka selalu berhasil dari kejaran polisi dikarenakan adanya team work yang sukup baik di antara mereka berlima. Adapun pembagian peran yang ada dalam lima sekawan ini (empat orang laki-laki dan satu orang perempuan) adalah satu orang menjadi supir yang akan membawa mereka ke perbukitan tempat dimana mereka menyiarkan berita, satu orang bertugas menjadi seksi keamanan yang akan mengecoh polisi atau siapapun yang akan "menggangu" mereka di dalam melakukan penyiaran. Sementara satu orang bertugas sebagai camera man sekaligus sebagai teknisi, dan sepasang lagi sebagai penyiar dimana sepasang penyiar ini pada akhirnya menikah dan punya anak. Hubungan persahabatan mereka pada akhirnya rusak dikarenakan satu-satunya perempuan yanga ada dalam lima sekawan ini, dicintai oleh dua orang. Sementara rutinitas mereka di dalam menyiarkan kebenaran secara ilegal berakhir, ketika salah satu dari mereka akhirnya tertangkap oleh polisi dan dipenjara selama 11 tahun karena dituduh menginformasikan berita tidak benar.

    Aku tidak akan menceritakan mengenai alur film ini secara mendetail. Ada beberapa hal yang cukup menarik untuk kubahas mengenai film ini. 
  1. Keberanian yang dimiliki oleh lima sekawan ini dalam memberitakan kebenaran. Aku membandingkannya dengan yang terjadi di Indonesia, dimana menyuarakan kebenaran itu pun pernah terjadi. Dan tentu saja hasilnya adalah sama dengan yang di film tersebut, siapa yang memiliki uang dan berkuasa itulah yang menang. Walalupun saat ini, media denganSela begitu bebasnya memproklamirkan sebuah informasi, tapi keakuratan informasi tersebut telah dibumbui dengan berbagai kepentingan dari mereka yang memiliki uang dan para penguasa.
  2. Lima sekawan tersebut digambarkan sebagai anak yang biasa-biasa saja, bukan berasal dari orang tua yang kaya. Akan tetapi pada akhirnya mereka menjadi orang kaya. Menariknya mereka menjadi kaya bukan karena menjadi karyawan dari perusahaan multi nasional, melainkan mereka sendiri membuka perusahaan baru alias menjadi pemilik dari perusahaan tersebut. Hal ini cukup membuatku menarik karena di masyarakat kita yang sekarang ini, atau di sekitarku sekarang, generasiku banyak yang menjadi kaya, termasuk diriku sendiri adalah karena aku menjadi "budak" dari orang lain. Atau ada juga yang menjadi kaya karena warisan dari orang tuanya atau ada juga yang menjadi kaya karena korupsi. Sangat sedikit orang di Indonesia yang menjadi kaya dengan membuka perusahaan sendiri, walaupun orang-orang seperti itu memang ada.
  3. Kecintaan mereka akan budaya mereka. Misalnya mereka memperkenalkan makanan khas mereka melalui menu makanan yang mereka makan di adegan film itu. Mereka juga menikmati lagu-lagu berbahasa Korea yang sering didendangkan oleh para tokoh film tersebut. Untuk yang satu ini, aku memang sangat kagum kepada mereka di dalam memperkenalkan kebudayaan mereka. Aku sangat rindu, para generasiku pun melakukan hal yang sama, yaitu mencintai kebudayaan suku mereka. Tidak apa-apa mengenal budaya luar, asal jangan sampai melupakan bahkan tidak mau tahu dengan kebudayaan sendiri. Budaya kita pun memiliki keunikan yang bisa dieksplor oleh kita para generasi muda. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan mengekplornya? Masakan kita harus menunggu negara lain yang mengeksplor budaya kita? Sangat menyedihkan, bukan bila hal itu harus terjadi?
Selain ketiga hal tersebut, aku akui kalau aku memang orang yang suka menonton, dimana ketika aku menyukai sebuah film, aku cenderung untuk menganalisa setiap karakter yang ada di film itu. Dan tentu saja setiap karakter tokoh yang di dalam film itu menjadi refrensi bagiku untuk mengembangkan karakter yang aku miliki. Misalnya, aku suka menonton drama Korea karena karakter yang ditampilkan adalah karakter pekerja keras, mendapatkan sesuatu berdasarkan proses, kehangatan, dan juga perhatian yang mendetail secara emotional. Variabel-variabel ini menjadi ciri khas drama film Korea. Hampir seluruh drama film Korea menyuguhkan hal ini.

Berbeda dengan film-film Holywood yang menyuguhkan teknologi yang canggih, persaingan untuk berprestasi atau menonjol, dan dominansi untuk menguasai. Dimana ketiga hal ini pada umumnya memang selalu dibalut dengan pesan moral yang sangat menyentuh moral. Satu hal yang paling menggangguku ketika menonton film-film Holywood adalah minimnya pertahanan dan pengendalian para tokoh di film di dalam memenuhi kebutuhan akan seks. Bagiku secara pribadi ini adalah sebuah conoth kegagalan di dalam mengontrol hasrat diri.

Tapi, terlepas dari semua itu, aku suka menonton. Dan aku sceangat mengaprisiasi para penulis naskah hingga cerita-cerita itu bisa divisualisasikan.

Saturday, 13 June 2015

ITU BUKAN URUSANMU

Di hari Sabtu pagi ini, aku dan suami melakukan saat teduh bersama. Tuhan menyapa kami di pagi hari ini melalui Yohanes 21 : 15 - 22. Dalam perikop ini, Yohanes menuliskan mengenai penampakkan Yesus untuk ketiga kalinya setelah Dia bangkit dari kematian. Bukan hanya menampakkan diri, kali ini Yesus melakukan interaksi personal dengan Petrus. Yesus menanyakan sampai tiga kali kepada Petrus apakah Petrus mencintaiNya? 

Dialog selanjutnya antara Petrus dan Yesus adalah mengenai keingintahuan Petrus terhadap murid yang dikasih Yesus, dalam hal ini aku dan suami menduga bahwa murid yang dimaksud adalah Yohanes. Dimana pertanyaan Petrus adalah, "Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?' Jawaban Yesus adalah : "Jikalau Aku menghendaki supaya Ia tinggal sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau : ikutlah Aku." (Yoh 21 : 22)

Jawaban Yesus ini sangat menokok aku dan suami. Khususnya dalam kalimat, ITU BUKAN URUSANMU. Tetapi engkau, ikutlah Aku.

Dalam keseharian kami menjadi sepasang suami istri (ini tahun kedua pernikahan kami), kami banyak menemukan ketidakadilan. Kami sering membandingkan kehidupan kami dengan kehidupan pernikahan orang lain, khususnya mereka yang diizinkan oleh Tuhan untuk memiliki anak. Kami, khususnya aku juga sering sekali merasa iri hati dengan mereka yang begitu mudah mendapatkan sesuatu sementara aku harus melakukan perjuangan terlebih dahulu. Di perjalananku tidak ada yang mudah. Segala sesuatu yang kudapatkan saat ini semuanya melalui penantian dan perjuangan yang panjang. Sementara orang-orang di sekitarku mendapatkannya dengan begitu sangat mudah.

Dan pada pagi hari ini, Yesus menjawab kami bahwa ITU BUKAN URUSANKU. Bukan urusanku ketika orang-orang di sekitarku mendapatkan rejeki yang lebih banyak dariku. Bukan urusanku ketika mereka bisa mendapatkan apa yang kuperjuangkan dengan sangat sulit sementara mereka mendapatkannya dengan begitu mudah. Bagianku adalah mengikuti Yesus. Mengelola segala yang telah Tuhan berikan kepadaku saat ini untuk kemuliaan nama Tuhan. Untuk yang tidak kumiliki, aku harus berhenti untuk memfokuskan pikiranku ke sana. Yang penting sekarang adalah mnegikuti Tuhan, seperti yang telah Dia minta. Membandingkan diri dengan orang lain tidak akan memberikan sukacita kepadaku, akan tetapi ketika aku memfokuskan diri untuk mengikuti Tuhan maka akan ada kepuasan hati.

Hal yang sama juga terjadi dengan kehidupan kami di dalam bermasyarakat. Dimana masyarakat dimana kami tinggal saat ini adalah mayoritas Islam. Pagi hari ini juga Tuhan menjawab kegalauan hati kami. "Jikalau Aku menghendaki supaya Ia tinggal sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau : ikutlah Aku." (Yoh 21 : 22).
Jikalau sampai hari ini Tuhan menghendaki mereka yang tidak percaya kepada Yesus masih tinggal sampai Dia datang kedua kalinya, itu bukan urusanku. Urusanku adalah mengikut Yesus sampai selama-lamanya.

Perbincangan kami (aku dan suami) di pagi hari ini, membuat kami semakin dikuatkan di dalam menjalani peran kami masing-masing. Kami kembali diingatkan bahwa tujuan kami di dunia ini adalah menjadi pengikut Tuhan dan menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kami. Tidak menjadi masalah apabila saat ini mereka memiliki apa yang tidak kami miliki. Yang pasti, selama ada Tuhan di antara kami, maka itu sudah menjadi kepuasan hati kami.

Friday, 29 May 2015

Perkembangan psikososial manusia menurut teori Sigmund Freud

Lima tahapan perkembangan psikososial manusia menurut Sigmund Freud :
1. Fase oral
· Manusia mengenal dan merespon dunia luar melalui mulut. Bayi memasukkan segala sesuatu ke mulut dalam upaya pengenalannya akan benda-benda di sekitarnya. Ketika tidak nyaman, lapar, dsb mereka akan meresponnya dengan mulut, yaitu menangis. Untuk mencari putting susu ibu pun dilakukan oleh mulut. Oleh karena itu tugas perkembangan yang harus diselesaikan dalam tahap ini adalah proses penyapihan.
· Apabila gagal dalam tugas perkembangan di fase ini maka akan mengakibatkan :
o adanya ketergantungan kepada orang lain, misalnya :  tidak mandiri, cengeng, manja;
o adanya ketergantungan terhadap benda, misalnya rokok, obat-obatan, game, dsb.
· Sikap orang tua atau orang dewasa yang terlalu berlebihan mendampingi anak dalam fase ini juga bisa mengakibatkan anak menjadi orang yang pemilih, misalnya pemilih dalam hal makanan, pakaian, pekerjaan, jodoh, dsb.

2. Fase anal
- Pada fase ini, anak mulai diperkenalkan training toilet. Anak diminta untuk bisa mengendalikan kapan dan dimana bisa mengeluarkan kotoran dari dalam tubuh. Oleh karena itu, tugas utama anak dalam proses ini adalah pengendalian diri.
- Anak yang berhasil melewati fase ini akan tumbuh menjadi manusia yang berprestasi, kompeten, produktif, dan kreatif.
- Anak yang mendapatkan pendampingan terlalu longgar dari orang dewasa atau orang tua di sekitarnya akan mengakibatkan si anak tumbuh menjadi manusia hidupnya berantakan, tamak, dan boros.
- Sementara apabila fase ini terlalu dini disosialisasikan, maka si anak akan tumbuh menjadi manusia yang kaku atau obsesif.
- Dan bila orang tua terlalu mem-push anak dengan tidak diberikan pengertian, anak bisa tumbuh menjadi manusia yang pelit. Hal ini disebabkan kontrol pengendalian anak tidak berkembang dengan baik, sehingga si anak terlalu mengendalikan diri dan merasa bersalah untuk membuang kotoran karena takut pada orang tua.

3. Fase phallic
ü Pada fase ini anak mulai mengenal adanya perbedaan jenis kelamin. Pada fase ini juga anak perempuan memiliki rasa cinta kepada ayahnya, sehingga menganggap ibunya adalah saingannya. Sementara anak laki-laki memiliki rasa cinta kepada ibunya dan menganggap ayahnya adalah saingannya. Apabila orang tua tidak mendampingi anak-anak pada fase ini, bisa mengakibatnya adanya ketidakcocokan antara ibu dengan anak perempuannya atau ayah dengan anak laki-lakinya.
ü Selain itu pada fase ini juga bisa mengakibatkan adanya Oedipus Complex, dimana anak perempuan mencintai laki-laki yang lebih tua darinya, atau anak laki-laki mencintai perempuan yang lebih tua darinya akibat tugas perkembangan psikologis yang belum selesai.
ü Tugas utama dari fase ini adalah pengelolaan rasa kecemasan. Menyadari siapa dirinya, mengenal tubuhnya, dan perbedaannya dengan orang lain adalah “shocking” tersendiri kepada manusia, yang mengakibatkan lahirnya emosi cemas.
ü Apabila fase ini tidak diselesaikan dengan baik, maka anak akan tumbuh menjadi manusia yang neurotic, mengalami PANIC DISORDER, pencemas, tidak percaya diri (minder, rendah diri), gampang gugup.

4. Fase latent
§ Setelah mengenal diri sendiri, mengenal orang tua, pada fase ini anak akan belajar mengenal saudara kandung, tetangga, anak-anak lain yang seumurannya, keluarga besar.
§ Pada fase ini tugas perkembangan anak adalah interaksi sosial, komunikasi dengan manusia lain, sikap mengalah, dan berkorban.
§ Pada usia ini, anak biasanya menampilkan sikap egois, meminta seluruh orang di sekitarnya untuk memperhatikan dia.
§ Apabila anak memiliki adik baru pada fase ini, maka anak membutuhkan pendamping double, bukan mengurangi karena pada fase ini adalah fase persiapan anak untuk melangkah mengenal dunia luar. Fase ini akan penentu apakah anak akan menjadi manusia yang bermanfaat bagi lingkungan sosialnya atau malah menjadi sampah masyarakat.

5. Fase genital
Ø Setelah mengenal diri sendiri, orang tua, saudara kandung, lingkungan sosial, maka pada tahap ini anak akan belajar untuk mencari keseimbangan hidupnya. Jadi tugas utamanya adalah untuk mencari keseimbangan hidup.
Ø Apabila anak tidak berhasil pada fase ini maka anak tersebut akan tumbuh menjadi manusia yang tidak memiliki tujuan dan visi dalam hidupnya.

Demikianlah lima tahapan psikososial manusia. Semoga dengan mengetahui tahapan ini, kita semakin diberikan rasa empati kepada setiap orang di sekitar kita untuk tidak menghakimi mereka di dalam setiap kekurangan mereka. Semoga penjelasan di atas bisa membantu kita untuk bisa menerima orang-orang di sekitar kita seperti Yesus menerima kita apa adanya.
Terakhir, semoga kita bisa mempraktekkannya sehingga anak-anak yang dititipkan Tuhan kepada kita, bisa menemukan tujuan hidupnya di dunia ini.

Thursday, 21 May 2015

AKU DAN BUDAYAKU


Bagi masyarakat Indonesia, menikah dan memiliki anak telah menjadi bagian dari siklus kehidupan. Setelah menyelesaikan study, memiliki penghasilan, maka orang tua dan lingkungan pun akan mendesak untuk menikah dan memiliki anak. Kesimpulannya, memiliki penghasilan dan sudah melewati masa pubertas menjadi tiket masuk ke dunia pernikahan.  Bahkan di beberapa kelompok masyarakat tertentu di Indonesia, memiliki penghasilan tetap atau tidak, tidak menjadi masalah untuk memasuki dunia pernikahan. Lebih jauh lagi, apabila belum menikah maka lingkungan sosial akan menilai negatif, dikucilkan, akibatnya yang bersangkutan pun semakin tertekan yang pada akhirnya membawa mereka kepada keputusan untuk menikah walau sesungguhnya tidak ingin. Hanya untuk sebagai status saja.
Tidak bisa dipungkiri, negara Indonesia yang memiliki banyak budaya yang masih cukup kental, menjadi penentu dalam keputusan pernikahan. Disinilah akhirnya yang membawa para generasi muda sekarang menyalahkan budaya yang berujung pada tidak memiliki self belonging terhadap kebudayaan sendiri. Menjalani kehidupan yang begitu rumit dan sibuk sudah cukup menyita waktu bagi generasi muda, ditambah lagi dengan realita bahwa mereka harus aktif untuk melanjutkan warisan kebudayaan yang penerapannya sudah tidak masuk akal lagi menurut mereka.
Perlahan tapi pasti, generasi muda sudah enggan untuk melanjutkan warisan budaya. Budaya dan kebiasaan negara lain jauh lebih menarik bagi mereka karena pendekatan dan penerapannya cukup logis bagi pola pikir generasi muda sekarang. Bukan berarti setiap budaya di Indoensia tidak logis, hanya saja penerapannya yang tidak terlalu dipaksakan dan tidak meninggalkan kesan yang bermanfaat bagi mereka yang menjalaninya. Demikian halnya dengan pernikahan, para generasi muda yang menjalani dunia pernikahan bukan lagi karena keinginan mereka melainkan karena tuntutan sosial dan orang tua.
Hasilnya, banyak pernikahan yang gagal di usia muda. Anak-anak korban perceraian pun semakin bertambah setiap harinya. Setiap hari kita disungguhkan dengan perilaku-perilaku anak muda yang sudah melewati batas standar sosial.
Akankah kita tinggal diam dengan semua ini? Kehancuran moral dan pribadi generasi muda sudah semakin tidak terkontrol lagi. Mungkin salah satu langkah yang paling tepat adalah dengan berhenti saling menyalahkan dan mulai mengkritisi setiap kebiasaan yang ada. Apakah budaya dan kebiasaan yang diwariskan nenek moyang kita masih cukup relevan untuk diaplikasikan saat ini? Mari berpikir sejenak dan mencari solusi untuk tetap melestarikan budaya dan kebiasaan nenek moyang kita dengan tidak mengorbankan eksistensi kita sebagai manusia seutuhnya di dunia yang serba komputerisasi  ini.



Kesiasiaan

Di Alkitab, ada satu kitab yakni kitab Pengkhotbah yang membuat saya banyak merenung. Di kitab ini banyak dikatakan bahwa apapun yang ada di...