Cinta Uang Adalah Akar Dari Kejahatan
Saat ini bagi banyak orang menghasilkan uang sebanyak mungkin adalah tujuan utama di dalam hidup. Hal ini disebabhkan karena bagi mereka segala sesuatu diukur dengan uang. Diterima, didengar, dihargai, bahkan dicintai hanya akan terjadi ikalau orang tersebut memiliki uang. Selanjutnya dengan kondisi seperti ini, membuat orang-orang juga hanya akan bersedia melakukan sesuatu hanya jika ada uang yang dihasilkan setelah melakukannya. Inilah yang dikenal dengan ujung-ujungnya duit.
Aku terus bertanya kepada diriku sendiri apakah aku juga sudah menjadi sama dengan dunia ini? Menerima, mendengar, menghargai, dan mencintai seseorang tergantung dengan jumlah uang yang dimilikinya?
Selanjutnya aku juga bertanya kepada diriku sendiri apa yang harus kulakukan agar aku tidak sama dengan dunia ini? Bagiku uang memang penting, tapi aku tidak mau menjadikan uang sebagai tujuanku dalam hidup ini. Aku juga terus untuk tidak menerima, mendengar, menghargai, dan mencintai orang lain berdasarkan jumlah uang yang yang dimilikinya. Bahkan aku cenderung untuk menghindar dan menjauh dari mereka yang memiliki banyak uang. Mengapa? Karena dari pengalamanku, mereka yang memiliki uang pada umumnya :
- Memandang rendah mereka yang tidak memiliki uang
- Menjadikan orang lain sebagai budak mereka, yang harus bersedia mendengarkan dan mengikuti segala yang mereka mau. Memiliki kecenderungan untuk menyuruh-nyuruh orang (merasa diri raja/ratu)
- Merasa berkuasa dan cenderung ingin mengontrol hidup orang lain
- Manja, cengeng, dan tidak mandiri
Melihat dunia ini, aku terkadang menjadi tidak ingin bergaul dengan siapapun karena tidak inging bertemu dengan orang-orang yang sangat mencintai uang. Aku tidak suka dengan orang yang menjadikan uang tujuan utama di dalam hidupnya. Orang-orang seperti ini memiliki banyak bentuk di dalam komunitasku. Mereka menjadi orang :
- Pelit. Mereka akan sangat perhitungan untuk mengeluarkan uang mereka, khususnya untuk berbagi kepada orang lain. Uang yang dimiliki hanya untuk dinikmati diri sendiri, golongan atau orang-orang yang ingin dia kuasai. Tidak ada keinginan untuk berbagai kepada orang lain. Orang-orang seperti ini merasa bahwa uang yang dihasilkan adalah hasil kerja kerasnya dan oleh karena itu mereka merasa paling berhak untuk menghabiskannya buat diri sendiri. Tidak ada kerelaan hati untuk berbagi.
- Opportunis. Segala sesuatu bisa diuangkan. Tidak ada lagi sikap untuk berbagi kepada orang lain tanpa harus pamrih atau mengeluarkan tagihan. Salah satu yang membuat saya tidak habis pikir adalah ketika seseorang melakukan perjalanan liburan, menawarkan jasa titip oleh-oleh dengan menambahkan biaya oleh-oleh tersebut. Aku berdoa untuk diriku sendiri, semoga aku tidak akan pernah jatuh ke dalam hal ini. Jika ingin memberikan oleh-oleh kepada orang lain, berilah tanpa harus meminta ganti uangnya dan menambahkan dari harga sesungguhnya. Ini berbeda dari orang yang memang saat ini pekerjaannya adalah membuka jasa titip.
- Gratisan. Ini sangat banyak aku temukan di dalam komunitasku. Sangat menyukai hal-hal yang gratis, dan mengusahakan kalau bisa gratis kenapa harus bayar? Selalu ingin ditraktir tapi tidak memiliki keinginan untuk melakukan yang sama ke orang lain.
- Mencuri istilah kerennya korupsi. Jika ada kesempatan, korupsi pun dilakukan. Bahkan jika tidak ada kesempatan, berusaha untuk membuat kesempatan itu agar bisa menghasilkan uang dengan tidak benar. Hal ini bukan hanya terjadi di pemerintahan Indonesia sesungguhnya. Tetapi hampir di seluruh lapisan masyrakat Indonesia. Bedanya, yang terjadi di pemerintahan langsung berdampak pada masyarakat Indonesia dan media langsung meliputnya. Aku pernah punya Mba di rumah, aku tahu dia selalu korupsi uang belanja yang aku berikan. Untuk beberapa bulan aku berusaha untuk membuat dia mengakuinya dan bertobat, akan tetapi tidak ada perubahan, akhirnya aku pecat. Hal ini tidak hanya aku alami dengan Mba di rumah, tapi juga banyak pengalaman yang lainnya dimana orang-orang begitu sangat ingin mencuri.
Yesus mengajarkan kepadaku bahwa mencintai uang adalah akar dari segala dosa. Aku bukan orang yang tidak luput dari hal ini. Sistem di dunia ini yang segalanya digerakkan oleh uang membuat semua manusia yang di dalamnya, untuk bisa bertahan hidup harus juga digerakkan oleh uang. Aku setuju bahwa manusia harus bekerja untuk bisa menghasilkan uang, karena Yesus juga mengajarkan bahwa pemalas tidak akan mendapatkan makanan. Pertanyaannya sekarang adalah apakah memang aku harus melakukan kejahatan hanya untuk bisa mendapatkan/menghasilkan uang? Sementara Yesus juga mengatakan bahwa manusia tidak hanya hidup dari roti saja, tapi dari Firman Allah. Oleh karena itu, dengan kondisi dunia yang sudah tercemar dosa sejak Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, Allah sudah berfirman bahwa manusia akan bersusah payah di dalam mencari makan.
Hidup di dunia yang sudah tercemar dosa ini memang sudah tidak mudah lagi. Tapi satu hal yang pasti bahwa Yesus tidak akan pernah meninggalkan anak-anakNya. Selalu ada kasih karunia Allah dan penyertaan untuk umatNya, yang dalam hal tidak mudah untuk dimengerti. Yang pada akhirnya membawa anak-anak Tuhan jatuh dalam pencobaan dengan menjadikan uang sebagai tujuan utama, bukan mencari Yesus lagi. Setiap hari manusia bersusah payah untuk mencari uang, dimana ketika uang itu sudah dikumpulkan tetap saja manusia akan merasa hampa di dalam hatinya. Pada akhirnya, manusia akan mengakui baik dengan kerelaan hati ataupun dengan dipaksa oleh Yesus, bahwa yang menjadi tujuan utama kita di dunia ini hanyalah untuk memuliakan Yesus, menjadianNya di atas segalanya.
Comments
Post a Comment