Thursday 19 November 2020

Imajinasi Liar di Kala Pandemi Covid 19

 



Selama masa pandemi ini dunia bisnis semakin terbuka bahwa sesunguhnya bekerja itu tidak harus selalu datang ke kantor. Ada banyak jenis pekerjaan yang ternyata bisa dilakukan tanpa harus datang ke kantor. Bahkan ada juga jenis pekerjaan yang dulunya tidak pernah terpikirkan dilakukan tanpa harus ke kantor, di masa pandemi semuanya jadi semakin terbuka. 

Dari pengalaman selama hampir 11 tahun bekerja di bagian Human Resource, terbersit beberapa pemikiran di kepala saya yang mungkin bisa menjadi perenungan untuk kita bersama-sama.

Sudah waktunya para HR di setiap perusahaan  memikirkan dan membuat klasifikasi  setiap jenis pekerjaan yang ada, khususnya di perusahan dimana dia bekerja. Adapun klasifikasi pekerjaannya adalah jenis pekerjaan yang wajib masuk kantor dan jenis pekerjaan yang bisa dilakukan tanpa harus ke kantor. Saya yakin, setiap perusahaan pasti ada posisi yang tidak perlu harus datang ke kantor, yang bisa dilakukan atau dimonitor jarak jauh. Dampak positif bagi perusahaan dengan menggunakan pendekatan ini adalah mengurangi biaya operasional dalam hal penyediaan ruangan, tunjangan transportasi, seragam, alat tulis kantor, dsb. Jika hal ini dibakukan dengan adanya kebijakan dari pemerintah juga akan lebih baik. Ada semacam UU baru misalnya bahwa setiap perusahaan diwajibkan memiliki karyawan yang bekerja tanpa harus ke kantor minimal 20 % dari total karyawan yang ada.

Jika nomor satu bisa dilakukan, maka hal ini juga akan berdampak kepada tatanan kehidupan sosial masyarakat. Orang – orang tidak perlu lagi berbondong-bondong merantau ke kota besar untuk mencari pekerjaan. Mereka bisa tetap tinggal di kampung halaman tanpa harus meninggalkan keluarga karena peluang jenis pekerjaan yang ada sudah semakin besar. Di pemikiran saya, Indonesia bisa menghemat penggunaan BBM dan lebih jauh lagi kemacetan di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Medan, Bandung, Surabaya akan berkurang dan bahkan mungkin tidak ada lagi. Polusi udara dan polusi suara akan berkurang, orang – orang tidak lagi menghabiskan banyak waktu di jalanan. Kota – kota besar tidak lagi tujuan yang seksi untuk dikejar, dengan demikian pemerataan jumlah penduduk dan perkembangan perekonomian di seluruh wilayah Indonesia pun akan semakin seimbang. Orang-orang muda dan pintar tidak akan menumpuk di kota-kota besar, mereka bisa berpencar di seluruh wilayah Indonesia yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap perkembangan wilayah di Indonesia. Sebagai contoh, saya sendiri yang berasal dari Balige – Sumatera Utara, jika ada peluang bekerja dari rumah saya tidak akan merantau ke Depok. Saya dan mungkin masih banyak lagi orang – orang seperti saya akan tetap tinggal di kampung halaman saya. Seiring berjalannya waktu kami pun akan berusaha agar kampung halaman kami berkembang dan sejahtera karena kami tinggal di sana. Kampung halaman bukan lagi hanya sebuah tempat yang harus kami kunjungi ketika natal atau di masa tua kami kelak. Hal yang serupa juga akan terjadi di wilayah – wilayah lain di Indonesia ini. Orang Papua akan memilih bekerja dari Papua tidak perlu merantau ke Pulau Jawa karena mereka bisa bekerja jarak jauh.

Jika peluang bekerja dari rumah akan semakin besar dan bahkan jika jenis pekerjaan yang bisa dikerjakan tanpa harus ke kantor lebih besar dibandingkan dengan yang harus ke kantor, maka masyarakat juga akan lebih bahagia karena mereka tidak perlu menghabiskan waktu yang banyak di jalanan karena macet seperti yang terjadi saat ini. Mereka tidak perlu berdesak-desakan di transportasi umum seperti kereta api, bis, dsb. Para ayah akan semakin banyak waktu bertemu dengan anak dan istrinya, para ibu yang juga adalah wanita karir sedikit banyak bisa mengurangi rasa bersalahnya jika harus meningalkan anak – anak mereka dengan pembantu. Masyarakat akan lebih banyak waktu untuk menikmati hidup, komunikasi dan kedekatan di dalam keluarga akan semakin terukir dan terjalin dengan mesra. Hal ini akan berpengaruh juga terhadap berkurangnya kenakalan anak-anak remaja karena mereka akan semakin terkontrol dimana peluang kedua orang tua mereka bekerja dari rumah yang bisa mengawasi dan membimbing mereka lebih banyak. Minimal ketika sarapan, makan siang, dan makan malam setiap keluara bisa melakukannya bersama-sama sebagai dampak dengan semakin banyaknya pekerjaan kantor yang bisa dilakukan dari rumah.

Masyarakat akan semakin hidup sehat. Dengan bekerja dari rumah, orang – orang akan semakin punya waktu luang untuk memasak, tidak selalu jajan dan makan di luar lagi. Saya banyak melihat di media sosial, selama masa pandemi ini, orang – orang semakin menemukan aktivitas-aktivitas positif, semisal memasak, bertaman, merajut, memlihara ikan, dan sebagainya. Pandemi ini sesungguhnya tidak seburuk yang dipikirkan. Ada banyak ide – ide kreatif yang muncul dan yang mungkin bisa dilakukan setelah ada pandemi ini.

Saya menyadari bahwa di dunia ini, tipe manusia ekstrovert lebih banyak dibandingkan dengan tipe manusia introvert. Hal – hal positif yang mungkin saya sebutkan di atas muncul mungkin saja sebagai respon manusia untuk bisa bertahan hidup dan beradaptasi di masa pandemi ini. Kita tidak pernah tahu sampai kapan pandemi ini akan ada di muka bumi ini. Oleh karena itu, bukankah sudah selayaknya alih – alih untuk kembali ke kehidupan kita sebelum pandemi, mengapa kita tidak menciptakan system yang baru. Mari kita duduk bersama di perusahaan masing – masing, apabila Anda adalah pengusaha dan memiliki posisi yang strategis di perusahaan Anda, kita ciptakan pekerjaan yang bisa dilakukan tanpa harus ke kantor. Jika dirasa bahwa karyawan tidak akan  bekerja efektif bekerja dari rumah, mari kita buat system yang baik dalam hal penilaian kinerja berdasarkan produktifitas.

Perkembangan teknologi di zaman sekarang ini telah memungkinkan kita untuk tidak diperbudak oleh jam kerja dan ruang kantor ber -AC. Kita kembalikan esensi dari sebuah bekerja, produktif dan sebagai mandat budaya. Bekerja itu bukan untuk semata-mata mencari dan mengumpulkan uang, melainkan untuk melanjutkan karya Allah akan dunia ini melalui kita. Dimana itu tidak melulu harus dilakukan di kantor.

Mari kita jadikan pandemi ini sebagai pembelajaran buat kita untuk merevolusi apa yang disebut dengan pekerja kantoran. Di tahun 2020 ini, sekiranya kita bisa melahirkan dan menciptakan pekerjaan yang bisa membuat kita lebih menghargai dunia ini, mengelolanya sesuai dengan rencana Tuhan atas hidup kita.

 

 


Thursday 12 November 2020

REPLY 1988


Untuk pertama kalinya saya mengalami hal yang berbeda setelah menonton drama korea REPLY 1988. Banyak sekali pembelajaran yang bisa didapatkan dari drama ini, khususnya mengenai life skill. Terlepas dari pro kontra terhadap akhir cerita dari drama ini, drama ini telah memberikan inspirasi untuk saya khususnya dalam menjalani kehidupan.

Seperti judulnya setting dari drama ini adalah tahun 1988 - 1994. Kisah - kisah yang ditampilkan tentunya kehidupan yang terjadi di zaman ini. Jika dibandingkan dengan usia saya, tahun itu adalah tahun - tahun pertama hidup saya di dunia ini. Hal yang beda dari drama ini dibandingkan dengan drama korea yang lain adalah tidak ada satupun karakter yang antagonis dan fokus dari alur cerita tidak melulu mengenai kehidupan percintaan, tetapi persahabatan, keluarga, dan kehidupan dalam bertetangga dengan nilai - nilai yang baik.

Melihat realita saat ini saya pun tergugah untuk bisa mengaplikasikan hal-hal baik yang ada di drama ini. Saya merefleksikan ke dalam kehidupan bertetangga saya saat ini, apa yang bisa saya lakukan untuk bisa menciptakan kehidupan bertetangga yang ada di drama Reply 1988 ini ?  Saya ingin hal baik yang sudah saya lihat di drama ini bukan hanya selesai di sebuah drama saja, melainkan harus bisa terjadi juga di dalam kehidupan nyata. Apalagi dalam kondisi pandemi covid 19 ini, kehidupan bertetangga seperti yang dipaparkan di drama ini sangat dibutuhkan. Saling membantu, saling berbagi, akan membuat pandemi ini lebih mudah untuk dilalui. 

Saya percaya bahwa setiap manusia itu memiliki insting untuk melakukan hal yang baik. Sejahat-jahatnya manusia, saya yakin ada ruang di dalam hatinya untuk berbuat baik, minimal untuk dirinya sendiri atau untuk orang yang dia cintai, hanya saja mungkin dengan cara yang tidak biasa, sehingga dinilai jadi negatif. Berangkat dari hal inilah, beberapa nilai - nilai positif yang mungkin bisa dilakukan dalam keseharian adalah :
  • Ringan tangan dalam hal memberi, bahkan memberi di dalam kekurangan mereka. Walaupun  tidak berlebihan dalam hal materi, akan tetapi tokoh - tokoh di dalam drama ini adalah orang yang tidak pelit dan perhitungan, dengan begitu tulus bersedia berbagi bahkan kepada mereka yang memiliki materi lebih banyak dari mereka. Keluarga Choi dan keluarga Kim di dalam drama Reply 1988 ini memiliki uang yang lebih banyak dibandingkan dengan keluarga yang lain. Sementara keluarga Daek Sun, walaupun mereka tinggal di semi basement mereka tetap bisa berusaha untuk berbagi dengan keluarga Choi dan keluarga Kim. Satu fenomena yang menarik buat saya bahwa memberi itu tidak harus menunggu kamu kaya. Dalam kondisi kamu yang sekarang, pasti ada sesuatu yang bisa kamu bagikan kepada orang lain. Keluarga Kim tidak kekurangan dalam hal makanan, dengan uang yang mereka miliki, mereka bisa membeli makanan apapun yang mereka inginkan. Akan tetapi keluarga Daek Sun yang selalu dibantu oleh keluarga Kim tetap berusaha berbagi, membagikan makanan mereka. Dari sini saya belajar jangan hanya mau berada di posisi menerima saja, tetapi juga harus bersedia memberi. Hidup ini bukan melulu hanya menerima, tapi harus memberi. Melalui memberi maka hidup akan terasa lebih berguna, dan untuk itulah misi hidup kita menjadi berguna dengan makna positif.  Lebih jauh lagi, ayah Daek Sun, walaupun mereka hidup miskin, dia tetap bersedia membantu mereka yang hidupnya kurang lebih sama dengannya. Dia sudah cukup bahagia hanya dengan melihat anak-anak mereka hidup sehat. Rasa untuk berbagi yang sangat tinggi. Sung Sun Wo yang adalah anak orang miskin juga, akan tetapi ketika Kim Jung Hwan yang adalah anak orang kaya ingin pergi beli batere untuk walk man-nya, Sung Sun Wo bersedia memberikan miliknya ke Kim Jung Hwan. Jika ditilik lebih dalam lagi, dengan kondisi Sung Sun Wo dia bisa saya tidak memberikan baterenya ke Kim Jung Hwan, toh Kim Jung Hwan punya banyak duit untuk membelinya, akan tetapi Sung Sun Wo bersedia memberikan batere itu ke Kim Jung Hwan. Adegan ini menjadi sebuah tamparan juga buat saya sendiri, seberapa besar saya mau berbagi kepada orang lain, tidak ingin selalu berada di posisi menerima.
  • Dari kehidupan keluarga Kim dan keluarga Choi yang memiliki banyak uang, mereka berusaha untuk tidak show off. Material yang mereka miliki tidak menjadi hal yang perlu diheboh-hebohkan sehingga tidak membuat yang lain iri hati atau merasa semakin terpuruk dengan kondisi mereka. Ada beberapa adegan ketika ibunya Daek Sun menunjukkan rasa iri hatinya akan tetapi hal itu bisa dikelola sehingga tidak sampai merusak keharmonisan kehidupan bertetangga. Ketika Daek Sun mengajak temannya main ke rumah, Daek Sun mengakui bahwa dia memiliki rasa malu dengan kondisi rumahnya, akan tetapi temannya yang kaya raya mengatakan bahwa menjadi miskin itu bukan masalah. Dari hal ini pembelajaran yang saya dapatkan adalah menjadi tidak memiliki materi yang berlebihan bukanlah dosa, bukanlah hal yang memalukan yang harus ditolak atau dikutuki. Itu adalah kondisi yang harus diterima tanpa harus mengasihani diri sendiri dan iri hati terhadap orang lain. Saya harus bisa terus menegakkan kepala saya karena saya tidak melakukan kesalahan. Dan ketika saya ini pun saya tidak kesulitan dalam hal mendapatkan makanan saya juga tidak perlu memamerkannya kepada orang lain karena hal itu akan menjadi pencobaan yang sangat berat bagi mereka yang berjuang untuk mendapatkan uang. 
    Saat ini, orang - orang banyak yang malu menjadi miskin. Hal ini membuat orang - orang merekayasa kondisi mereka yang sesungguhnya. Oleh karena itu sekali lagi saya tegaskan, miskin itu bukan dosa, tidak perlu malu dengan hal itu. Jikalau ada yang merendahkanmu atau mengucilkanmu karena kamu miskin, itu berarti dia bukan teman atau tetangga yang cocok untukmu. Teruslah berbuat baik, maka tak akan ada satupun orang yang akan merendahkanmu lagi. Kebaikan akan mengalahkan segalanya. Kalau kamu miskin, maka bekerja keraslah tapi jangan merekayasa kondisimu. Memiliki impian menjadi kaya dengan tujuan untuk bisa merendahkan orang lain adalah tujuan hidup yang tidak punya makna, akan tetapi jika ingin menjadi kaya agar bisa membantu orang lain itulah misi yang sesungguhnya. Jika tidak ada keinginan untuk membantu orang lain, sebaiknya tidak usah memiliki impian untuk menjadi kaya karena kamu akan menjadi batu sandungan bagi orang lain, kamu akan membuat orang lain jatuh ke dalam pencobaan dan tidak akan menjadi berkat. Karena itulah ada tertulis, cinta uang adalah akar dari segala dosa.
  • Kegigihan anak - anak di drama ini untuk belajar di sekolah. Banyak adegan yang menunjukkan mereka memiliki jam belajar yang banyak bahkan sampai larut malam dan sampai mimisan. Seumur-umur saya belum pernah belajar sampai mimisan. Di drama ini mereka sudah dituntun bahwa di dalam hidup ini harus memiliki tujuan, memiliki impian. Tidak heran sekarang Korea Selatan begitu maju, mereka mendidik generasi muda mereka untuk belajar dengan keras. Diterima di Universitas itu adalah hal yang sangat penting bagi mereka dan itu benar-benar diusahakan dengan sungguh-sungguh belajar. Di sisi lain, ditunjukkan juga bahwa masuk universitas  bukan satu-satunya tujuan hidup, Choi Taek sekolah hanya sampai di bangku SMP, dia memfokuskan diri dengan bermain catur baduk dan menjadi seorang Juara. Kim Jung Hwan pun memilih berkarir sebagai Angkatan Udara, sementara Daek Sun menjadi pramugari, dan Ryu Dong Ryong menjadi pengusaha restoran.
  • Kerendahan hati. Di dalam drama ini, mereka yang pintar tidak pernah ditunjukkan merendahkan mereka yang bodoh di sekolah. Tidak ada ekslusivitas bagi mereka yang dianggap pintar. Sung Sun Wo dan Kim Jung Hwan adalah anak-anak yang pintar akan tetapi mereka sangat rendah hati, tidak pernah menyombongkan diri dan merasa superior dibandingkan dengan anak-anak yang lain.Sung Sun Wo dan Kim Jung Hwan pun bisa berteman dengan baik walaupun di sekolah mereka bisa dibilang bersaing untuk merebutkan juara 1. Akan tetapi mereka cukup terbuka dengan hal itu, menjadi juara 1 bukan menjadi hal yang harus diperebutkan dengan mengorbankan relasi. Menjadi juara adalah baik, akan tetapi bukan yang utama.
  • Kesederhanaan. Drama ini dibuat di dalam kesederhanaan, tokoh - tokoh yang ditampilkan pun hidup dalam kesederhanaan. Gaya hidup di dalam kesederhanaan ini yang sekarang sudah sangat susah ditemukan di dalam lingkaran kehidupan saya. Semua orang berlomba-lomba untuk menampilkan kemewahan. Saya bukannya orang yang anti dengan kemewahan, akan tetapi jika kemewahan itu diperoleh bukan dari jalan yang benar dan bukan hasil kerja keras, mata saya risih melihatnya. Dan biasanya orang - orang yang mendapatkan kemewahan itu dari bantuan orang tua semisal karena networking orang tua, warisan dari orang tua, atau karena korupsi, menjadi benalu bagi orang lain, mereka - mereka ini yang menampilkan kemewahannya dengan sangat berlebihan. Saya bersyukur memiliki Presiden Joko Widodo yang menampilkan kesederhanaan. Dari sekian Presiden Indonesia, dia adalah satu-satunya Presiden yang menunjukkan kerja keras dan kesederhanaan. Semoga beliau bukan menjadi Presiden terakhir yang menunjukkan nilai kesederhanaan dan kerja keras ini.
  • Persahabatan. Persahabatan antara Daek Sun, Choi Taek, Kim Jung Hwan, Sung Sun Wo, dan Ryu Dong Ryong menjadi sebuah tema di dalam drama ini. Saya setuju bahwa persahabatan itu adalah yang harus selalu dirajut dalam kehidupan ini. Persahabatan pun terjalin di antara orang tua mereka. Tidak peduli sebera pintar dan seberapa kaya dirimu, jikalau kamu tidak memiliki sahabat maka semuanya itu akan terasa hampa. Dengan perkembangan teknologi sekarang ini, menjadi pertanyaan juga buat saya, adakah engkau memiliki sahabat? Sahabat yang rela menari menggantikanmu hanya untuk agar engkau bisa mendapatkan hadiahnya, seperti yang dilakukan oleh Kim Jung Hwan, Sung Sun Wo dan Ryu Dong Ryong ke Daek Sun? Atau adakah engkau sudah menjadi sahabat yang baik bagi orang lain yang bersedia meletakkan egomu untuk membantu orang lain, seperti yang dilakukan Choi Taek kepada ayah Kim Jung Hwan? Dia rela menelepon fansnya untuk bisa menolong ayah Kim Jung Hwan yang sedang butuh penanganan medis segera, dimana Choi Taek adalah pribadi orang yang tidak mau merepotkan orang lain. Seringkali pertanyaan yang muncul adalah saya tidak memiliki sahabat, tidak ada yang bersedia melakukan hal yang baik buat saya. Sekarang saya bertanya pada diri saya sendiri, sudahkah saya menjadi sahabat yang baik kepada orang lain?
Sekian dulu nilai-nilai yang saya dapatkan setelah menonton drama Korea Reply 1988. Saya selalu berharap agar nilai - nilai yang baik yang ada di drama ini bisa ditemukan di tengah-tengah kehidupan bertetangga, kehidupan keluarga, kehidupan pertemanan agar dunia ini semakin lebih indah untuk ditinggali. Kebahagiaan itu begitu nyata kalau kita mau berbuat baik selalu.




Monday 9 November 2020

5 kunci untuk bahagia

 Di masa pandemi covid 19 ini menjadi pribadi yang bahagia adalah sesuatu yang wajib untuk meningkatkan imun tubuh. Lalu, bagaimanakah caranya untuk bahagia di tengah-tengah pandemi covid 19?

Berikut ada lima langkah simpel dan sederhana yang bisa dilakukan agar kita bisa bahagia.

  • Temukan hal - hal positif yang terjadi di dalam kehidupan sehari - hari. Walaupun hal yang positif itu sangat kecil dan sepele, fokuskan pikiran ke sana. Mungkin bagi mereka yang kehilangan pekerjaan karena pandemi ini, mereka yang penghasilannya jadi berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali, mari melihal hal positif dari kejadian tersebut. Setidaknya sampai saat ini bernafas masih gratis, masih bisa berjalan, masih bisa melihat, etc. Fokuslah ke hal positif sesulit apapun  kondisi yang ada saat ini. 
ini adalah foto permukiman yang ada di Palangkaraya, rumah di atas rawa. coba temukan hal positif apa yang bisa dilihat dari foto ini.



  • Menghargai setiap keindahan atau setiap momen. Walaupun bagi orang lain mungkin itu akan sangat terlalu sederhana sekali, it's ok! 
Beberapa waktu yang lalu saya mengunjungi suami saya yang bekerja di Palangkaraya. Saya sangat takjub dengan keindahan langit di Palangkaraya yang begitu sangat indah dan cerah sekali. Jika kita berhenti sejenak, melihat dan menyadari sekeliling kita, ada begitu banyak hal yang indah yang telah Tuhan ciptakan. Tidak suatu kebetulan Tuhan menciptakan manusia di hari keenam, bukan di hari pertama. Tuhan menyediakan hal-hal yang indah dulu bukan hanya untuk kebutuhan kita tapi juga untuk kita bisa menikmatinya. Hujan pun bisa terlihat indah dan menyejukkan, iya kan?



Ini adalah foto langit Palangkaraya, begitu sangat indah.

  • Rajin-rajinlah berbuat baik. Jika memang memungkin ada padamu, berbagilah dengan sesama. Berbagi disini bukan hanya dalam hal materi. Berbagi bisa dilakukan dengan banyak cara, berbagi senyum, tenaga, pikiran, ide, waktu. Bahkan jika semua itu pun tidak ada padamu, berbuat baik bisa dilakukan dengan berdoa untuk orang - orang yang ada di sekitarmu. Atau dengan tidak memberikan komentar - komentar negatif di sosial media juga sudah merupakan hal yang baik. Jika kamu tidak setuju atau tidak suka dengan informasi yang kamu baca di media sosial, cukup simpan di dalam hatimu, tidak perlu meneruskannya ke orang lain atau bahkan memberikan komentar negatif. Bereaksilah terhadap informasi - informasi yang positif saja. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang rajin berbuat baik, hidupnya lebih bahagia. Berbuat baiklah bukan hanya untuk mendapatkan balasan. Jika perbuatan baikmu mendapatkan balasan, syukuri akan tetapi jika tidak maka lakukanlah itu sebagai ucapan syukur karena Tuhanmu sudah mati bagiMu di kayu salib, menggantikanmu. Jika kau berbuat baik hanya untuk agar terlihat keren oleh orang lain dengan kata lain sebagai pencitraan atau biar nanti bisa mendapatkan balasan, maka berbuat baik akan terasa sangat melelahkan. Berbuat baiklah karena itu akan membuatmu bahagia.


  • Luangkan waktu untuk terkoneksi dengan alam. Sebisa mungkin sering - seringlah berada di alam terbuka, ke luar dari ruangan tertutup, meminimalisir penggunaan AC. Di masa pandemi ini adalah sebuah kesempatan untuk mengurangi diri nongkrong di cafe atau di mall. Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang memiliki hoby bercocok tanam pun hidupnya akan lebih bahagia. Jika memang memungkinkan bagimu untuk berkebun tidak ada salahnya untuk mencoba hoby baru di rumah selama pandemi ini.
Ini adalah sungai Sabangau yang airnya warna hitam di Palangkaraya, yang saya abadikan ketika saya mengunjungi suami yang sedang bekerja di Palangkaraya. Sebagai informasi tambahan warna air sungai hitam bukan karena limbah pabrik melainkan karna gambut dan juga akar-akar tanaman yang ada di sekitarnya.



Ini adalah semangka yang tanam di samping rumah saya berasal dari keisengan dan ternyata semangkanya tumbuh dan berbuah manis. Walau hanya panen dua biji, hal ini sudah cukup membahagiaka.



  • Berolahraga. Dengan melakukan kegiatan fisik minimal 15 menit akan membuat kita lebih semangat. Akan lebih baik jika olah raga bisa dilakukan di luar ruangan. Akan tetapi jika tidak memungkinkan, olah raga di dalam rumah pun bisa dilakukan. Ada banyak jenis olah raga yang bisa dilakukan di rumah, seperti yoga atau aerobik. Bahkan kegiatan untuk bersih-bersih rumah, memasak, mengubah layout rumah pun bisa disebut olah raga. Yang penting adalah badan ini harus bergerak. move, move, move. move your body! run, walk, bike, jog, etc.

Selain dari kelima hal di atas, ada tiga hal lain yang bisa dilakukan untuk kita bisa lebih optimis untuk bahagia. Atau dengan kata lain 3 hal yang harus kita hindari yang bisa menurunkan hasrat kita untuk bahagia:
  • negative thinking
Pikiran-pikiran negatif akan selalu datang tanpa diundang bahkan tanpa kita sadari. Oleh karena itu kita harus selalu berjaga-jaga agar jangan sampai pikiran kita dibajak. Mengenai hal ini telah pernah saya paparkan di tulisan saya sebelumnya, silahkan dicek ke sini ya.https://raninainggolan.blogspot.com/2020/11/tujuh-obat-waras-selama-pandemi-covid-19.html
  • never ending complaining
Adalah reaksi yang paling gampang bagi kita untuk komplain, mengeluh. Apapun yang terjadi di luar dari harapan kita, reaksi pertama manusia adalah mengeluh. Sebagai manusia dewasa kita perlu berpikir, apakah dengan mengeluh akan menyelesaikan masalah yang kita hadapi? Sekali-kalipun tidak, yang ada orang di sekitar kita yang mendengarnya pun akan tersulut dan yang ada bukannya kebahagiaan yang kita dapatkan malah orang - orang akan menjauh dari kita. Ada banyak hal yang bisa dikeluhkan dalam hidup, tapi untuk apa? Untuk apa melakukan sesuatu yang sudah pasti tidak akan mendatangkan hal yang baik untuk kesehatan mental kita.
  • negative information
Zaman sekarang dengan begitu mudahnya akses yang didapat untuk mendapatkan informasi membuat kita tidak bisa membedakan mana informasi yang negatif dan mana informasi yang positif. Otak kita lelah dengan begitu banyaknya informasi yang hadir di ruang pribadi kita. Oleh karena itu, pergunakan gadget, TV seperlunya saja. Perbanyak melakukan aktivitas yang lebih produktif. Ada begitu banyak aktivitas yang bisa dilakukan selain menghabiskan waktu dengan membaca informasi-informasi yang ada di sosial media. Salah satu strategi yang saya lakukan adalah saya dengan sengaja tidak menginstal aplikasi berita di handphone saya. Di sosial media pun saya hanya membukanya untuk berbagi informasi bukan dengan sengaja untuk melihat status-status orang lain. Dengan demikian saya membatasi diri saya untuk mendapatkan informasi - informasi negatif yang merusak otak saya.

Kebahagiaan kita adalah tanggung jawab kita sendiri. Kita yang menentukan apakah kita bisa bahagia atau tidak, bukan orang lain. Semoga tips-tips di atas bisa membantu mengambil keputusan untuk bahagia.


Monday 2 November 2020

Tujuh obat waras selama pandemi covid 19

Saya teringat ketika memasuki tahun 2020, saya sangat kuatir sekali. Saya merasa tidak berdaya penuh dengan kecemasan. Apa yang saya rasakan saat itu sepertinya menjadi sebuah firasat bahwa tahun 2020 akan menjadi tahun yang sangat sulit untuk kulalui secara mental. Saya bersyukur sampai saat ini saya menemukan 7 hal yang bisa menjadi senjata saya dalam menjalani hari - hari saya di situasi saat ini.

Beberapa hal yang terus aku pelajari dan praktekkan selama pandemi covid 19 ini adalah:

 

1.   Berhenti untuk menyuruh Tuhan melakukan ini dan itu kepadaku. Sebagai gantinya aku berusaha keras membuat list untuk mengingatkanku akan segala keajaiban yang telah Tuhan lakukan, mulai dari hal yang terkecil dan terlihat sepele sampai ke hal - hal besar dalam hidupku. Intinya adalah fokus dengan berkat-berkat yang sudah Tuhan berikan bukan dengan apa yang belum diberikan.

2.   Berhenti mempercayai bahwa aku tidak bisa mengontrol pikiranku. 

Dulu ketika di sekolah minggu, aku tidak mengerti maksud lagu ini:

Aku bukan pasukan berjalan, pasukan berkuda, pasukan menembak

Aku tidak menembaki musuh, tapi aku laskar Kristus

Aku laskar Krisus, siap grak!

Sekarang aku memahami bahwa pikiranku adalah medan pertempuran, dimana layaknya sebuah pertempuran ada kalanya pikiranku dikepung, dikuasai,  dikontrol bahkan dibajak.  Seperti lagu sekolah minggu di atas, aku adalah laskar Kristus, aku harus memenangkan setiap pertempuran yang ada di pikiranku karena hanya dengan demikianlah aku bisa mengontrol pikiranku. Dan Tuhan sendiri juga memberikan kuasa serta kebebasan untukku.

3.   Aku mulai mengkonsumsi ‘makanan sehat’ untuk otak. Aku mulai dengan membaca hal – hal yang inspiratif, informasi – informasi yang menenangkan jiwa, kata – kata yang hangat didengar.

4.   Alih – alih untuk selalu mengekspos apa yang aku rasakan, aku memilih untuk mengekpos apa yang aku percayai. Bukan berarti aku menolak berbagai emosi yang kualami, tapi aku memilih untuk mengucapkan, melafalkan, mengekspresikan apa yang aku percayai, yang kuyakini dengan berpegang pada firman Tuhan. Adapun ayat favoritku adalah  Aku percaya bahwa Tuhan adalah setia, Ia akan menguatkan hatiku dan memeliharaku terhadap yang jahat (2 Tesalonika 3: 3). *

5.  Satu fakta yang aku tahu bahwa pikiran positif tidak lahir begitu saja, mereka perlu dihadirkan, diciptakan, dibuat ada. Sementara pikiran negatif tidak akan pergi, kalau tidak diusir. Seperti menanam benih unggul, memerlukan perawatan yang ekstra, khusus dan diniatkan agar benih tersebut tumbuh dan menghasilkan buah. Demikian halnya dengan pikiran positif, perlu dilatih. Dan segala hal yang negatif perlu dicabut, dibasmi, disingkirkan.

Aku pernah membaca tulisan yang mengatakan, aku tidak bisa melarang burung terbang di atas kepalaku, tetapi aku bisa melarang mereka untuk membuat sangkar di atas kepalaku. Hal-hal negatif bisa saja terjadi di dalam hidupku akan tetapi aku tidak akan membiarkan mereka membajak pikiranku.

6.   Merayakan setiap proses kecil yang sudah kulalui

Aku menyadari kalau selama ini aku nyaris tidak pernah memberikan apresiasi kepada diriku atas segala sesuatu yang sudah kulakukan. Tuhan saja setiap selesai melakukan penciptaan di tiap harinya Dia mengapresiasi diriNya dengan mengatakan, Dia melihat bahwa semuanya itu baik.

Setiap hari sebelum tertidur, aku mengatakan kepada diriku kerja bagus, Rani walaupun masih banyak hal yang belum selesai, yang masih perlu dikerjakan setidaknya untuk apa yang telah kulakukan, aku belajar dari Tuhan untuk memberikan penghargaan bahwa semuanya baik.

7.   Memiliki pengharapan dan iman kepada Tuhan bahwa rencanaNya selalu yang terbaik.

Percaya bahwa rencana Tuhan yang terbaik adalah sebuah tantangan buatku, apalagi karena aku tidak tahu cerita akhir dari Tuhan terhadapku akan  seperti apa. Aku yang adalah tipe orang yang fokus kepada hasil, membuatku frustasi menanti akan hasil akhir dari rencana Tuhan di dalam hidupku. Kuberjuang mengandalkan Tuhan setiap hari dan tidak menduakan dia dengan sumber daya yang kumiliki.

 

Ketujuh hal di atas sampai saat ini masih terus aku praktekkan menjalani pandemic covid 19 ini. Belum sempurna, tapi itu menjadi point penting untuk membuatku terus waras menjalani hari – hariku.

 

* 2 Tes 3 : 3 --> kata mu aku ganti jadi ku