Aku sangat suka berbagi ide, perasaan, pengalaman dan apa yang kupercayai lalu menuangkannya di dalam tulisan. Aku berharap melalui tulisanku aku bisa memberikan inspirasi bagi mereka yang membacanya.
Saturday 9 April 2016
Sunday 21 February 2016
ARTI SEBUAH KEBANGGAAN
Akhir-akhir ini, begitu banyak pro dan kontra mengenai Rio Haryanto, yang akan mengikuti kompetisi di Formula One 2016/2017. Pro karena untuk pertama kalinya orang Indonesia bisa mengikuti kompetisi olah raga mahal ini. Kontra karena ternyata Rio Haryanto membutuhkan dukungan dana yang tidak sedikit, dimana PERTAMINA (perusahaan minyak Indonesia) dan juga Pemerintah Indonesia mendukung sang olahragawan dengan menyumbangakan dana yang katanya seharusnya lebih baik digunakan untuk hal lain, misalnya untuk kesehatan dan pendidikan rakyat Indonesia dibandingkan untuk mendukung seorang Rio Haryanto.
Fenomena ini membuat saya teringat dengan fenomena yang terjadi di dalam kehidupan kita sehari-hari. Salah satu contohnya adalah ketika akan melangsungkan pernikahan. Mari kita cermati, ketika kita memutuskan untuk melangsungkan pernikahan, berapa biaya yang dibutuhkan? Mulai dari biaya gedung, biaya makanan, souvenir, pakaian pernikahan, dan biaya-biaya lainnya. Bukankah sebaiknya uang sebanyak itu lebih baik dipergunakan untuk modal usaha pengantin baru? Mengapa tidak cukup hanya menikah di catatan sipil saja, tidak perlu melakukan resepsi dan atau melakukan acara adat di hotel atau gedung pernikahan?
Tentu saja alasan utamanya adalah karena adanya rasa suka cita, adanya rasa bangga. Pengantin dan keluarga pengantin merasa bersuka cita dan memiliki kebanggaan sehingga perasaaan ini dituangkan ke dalam perayaan dengan resiko mengeluarkan banyak uang. Bahkan tidak sedikit yang memilih untuk berutang! Melangsungkan resepsi dan upacara pernikahan adat di kota besar di Indonesia, MINIMAL membutuhkan dana sebesar Rp 30.000.000,00. Uang sebanyak ini seharusnya bisa dipergunakan untuk modal usaha, mengkredit rumah baru, atau untuk yang lainnya. Akan tetapi, di masyarakat kita, hal ini adalah tindakan yang lumrah. Walaupun biaya resepsi dan acara adat pernikahan mahal, masyarakat kita tidak pernah jera untuk melangsungkan pernikahan di hotel maupun gedung-gedung pernikahan. Buktinya, saat ini bisnis pernikahan berkembang dengan sangat subur. Dan setiap sabtu telah dinobatkan menjadi hari kondangan di kota-kota besar di Indonesia.
Hal yang sama juga terjadi di komunitas di mana aku dibesarkan. Di dalam komunitasku, pendidikan adalah hal yang terutama. Hanya agar semua anak-anak mendapatkan pendidikan setinggi mungkin, banyak keluarga-keluarga menengah ke bawah di komunitasku memilih untuk tidak makan tiga kali sehari, rumah hampir roboh, kalau sakit tidak dibawa ke rumah sakit, semua dana diutamakan untuk biaya sekolah anak-anaknya. Mengapa?
Lagi-lagi alasannya adalah karena sebuah kebanggaan bagi para orang tua di komunitasku apabila anak-anaknya mampu memperoleh gelar pendidikan. Sekali lagi, intinya adalah KEBANGGAAN.
Kembali ke Rio Haryanto. Kalau saat ini PERTAMINA dan Pemerintah Indonesia mendukung sang olahragawan ini, menurutku adalah sah-sah saja. Memang benar, biaya yang dibutuhkan sangat besar. Tapi itulah harga yang harus dibayar untuk sebuah KEBANGGAAN.
Kalau ditanya apa yang akan didapatkan oleh Indonesia dari dukungan yang diberikan oleh PERTAMINA dan Pemerintah Indonesia? Jawabannya, banyak bangat.
- Indonesia akan lebih dikenal di dunia Internasional. Orang-orang di luar sana tidak lagi berkata, Indonesia itu dimananya BALI?
- Rasa bangga ketika logo PERTAMINA terpapar di dunia Internasional. Orang-orang di luar sana akan bertanya, apa itu PERTAMINA, dan mereka akan tahu bahwa itu adalah perusahaan minyak di Indonesia. Selama ini, dunia Internasional hanya mengenal SHELL, PETRONAS, dll. Di tengah-tengah gejolak harga minyak sekarang, PERTAMINA, perusahaan minyak Indonesia mampu mendukung seorang olahragawan di ajang olah raga bergengsi ini. Saatnya mengangkat harga diri bangsa Indonesia. Selama ini Indonesia lebih banyak dikenal dengan hal-hal yang negatif, inilah momentum yang tepat untuk menunjukkan pada dunia, bahwa Indonesia itu adalah negara yang besar. Jangan pandang remeh lagi dengan bangsa kita ini.
- Langkah yang diambil oleh Pemerintah Indonesia untuk mendukung Rio Haryanto adalah untuk membangun image dan brand Indonesia yang baru. Untuk membangun brand, tentu saja membutuhkan dana yang besar. Kata siapa biaya branding itu murah? Dan masih bertanya lagi, apa yang akan didapat kalau Indonesia memiliki branding yang oke di mata dunia? Tidak pernah beli barang branded ya?
- Kalau kita jeli mengamati kondisi masyarakat Indonesia, salah satu cara untuk memupuk rasa nasionalisme adalah melalui olahraga. Masih ingat ketika tim sepakbola Indonesia melawan tim sepakbola Malayasia? Betapa nasionalisme kita terpapar jelas di sana, tidak peduli agama apa yang kita yakini, dari suku mana kita berasal, merk gadget yang kita pakai (samsung, apple, BB,etc), semuanya sepakat mendukung timnas. Moment-momen seperti inilah yang dibutuhkan rakyat Indonesia, agar rasa persatuan dan kesatuan itu tetap berkobar. Dan masih bertanya untuk apa rasa persatuan dan kesatuan itu perlu dikobarkan? Ketika pelajaran PPKn di sekolah tidak tidur, kan?
Aku adalah pengikut Yesus. Ketika seorang perempuan bernama Maria Magdalena meminyaki kaki Yesus dengan minyak yang sangat mahal, para murid-murid Yesus pun mengkritisi tindakan perempuan itu. Mengapa minyak semahal itu dipergunakan untuk meminyaki kaki Yesus, bukankah minyak itu sebaiknya dijual dan uangnya diberikan kepada fakir miskin?
Jawaban Yesus adalah, "Mengapa kamu menyusahkan perempuan ini? Sebab ia telah melakukan perbuatan yang baik pada-Ku. Karena orang miskin akan selalu ada padamu, tetapi aku tidak akan selalu ada bersama-sama kamu ( Mat 26 : 10 - 11).
Lihat saja, sudah 2016 tahun sejak zamannya Yesus, orang miskin ternyata memang masih selalu ada di antara kita. Memodifikasi jawaban Yesus, akan tetapi orang yang berprestasi yang bisa menjadi salah satu peserta kompetisi F1 dari Indonesia tidak akan selalu ada. Buktinya, sudah berapa kali diadakannya kompetisi F1 di dunia ini, baru kali ini Indonesia mencetak seseorang yang bisa mengikuti kompetisi ini.
Dan kalau ada yang bilang bahwa F1 itu bukan olah raga, setidaknya sampai detik ini aku belum pernah melihat pembalap F1 yang memiliki berat badan over weight atau obesitas, melainkan memiliki tubuh yang ideal. Sekilas dapat disimpulkan bahwa mereka pun melakukan olahraga, minimal agar berat badan dan bentuk tubuhnya tetap ideal.
Jadi, sama seperti pemerintah Indonesia dan PERTAMINA, aku pun akan mendukung Rio Haryanto dalam kompetisi F1 2016/2017. Sekali lagi, memang harus dibayar dengan mahal, karena itulah ARTI DARI SEBUAH KEBANGGAAN.
Monday 8 February 2016
TIPS MEMILIH JURUSAN KULIAH
Pertanyaan yang selalu datang kepada adik-adik yang duduk di bangku sekolah, khususnya di SMA dan sederajat adalah jurusan apa yang akan dipilih setelah menyelesaikan masa sekolahnya. Beruntung bagi mereka yang sekolah di perkotaan, mendapatkan keputusan dengan adanya bantuan psikotest yang sering sekali diadakan di sekolah masing-masing. Atau adanya orang tua yang mampu memfasilitasi mereka bertemu dengan para psikolog untuk mengetahui bakat dan minat mereka.
Lalu bagaimana dengan adik-adik yang kerap sekali tidak mendapatkan refrensi di dalam mengambil keputusan ini?
Adik-adik tidak sendirian. Saya juga pernah ada di posisi itu sekitar 10 tahun yang lalu. Kebingungan dan nyaris tersesat di dalam memutuskan pilihan jurusan. Berikut adalah beberapa tips berdasarkan pengalaman saya yang semoga bisa membantu adik-adik semua di dalam memilih jurusan yang akan dipilih untuk didalami nantinya setelah menyelesaikan masa SMA sederajat.
- Kenali kondisi perekenomian keluarga, dalam hal ini pada umumnya perekonomian ayah dan ibu. Atau siapa saja yang berperan aktif di dalam pembiayaan hidupmu.
Mengapa?
Di dalam fenomena yang ada di kehidupan masyarakat kita, mari berpikir realistis. Tujuan setiap orang tua menyekolahkan anak-anaknya adalah agar anaknya bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari orang tuanya. Pendidikan adalah satu cara paling efektif untuk mewujudkannya. Oleh karena itu, di dalam pemilihan jurusan perkuliahan, sangat penting untuk mengenal kondisi perekonomian keluarga.
Apabila kamu memiliki orang tua dengan perekonimian di tahap menengah ke bawah, pada umumnya harapan mereka setelah kamu kuliah adalah menghasilkan uang secepat mungkin dan kalau bisa dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu pilihlah jurusan yang berpeluang dalam menghasilkan uang dengan cepat dan dalam jumlah yang besar.
Saat ini jurusan yang paling banyak mendapatkan apresiasi dari perusahaan-perusahaan adalah jurusan teknik, seperti teknik informatika, teknik industri, teknik elektro, teknik sipil, teknik perkapalan, teknik pertambangan, teknik kelautan, dan berbagai jenis jurusan teknik lainnya. Tentu saja, dengan syarat harus bekerja di perusahaan yang sesuai dengan jurusan kamu nantinya. Misal, teknik informatika baiknya bekerja di perusahaan IT, bukannya sebagai teller di bank.
Saat ini jurusan yang paling banyak mendapatkan apresiasi dari perusahaan-perusahaan adalah jurusan teknik, seperti teknik informatika, teknik industri, teknik elektro, teknik sipil, teknik perkapalan, teknik pertambangan, teknik kelautan, dan berbagai jenis jurusan teknik lainnya. Tentu saja, dengan syarat harus bekerja di perusahaan yang sesuai dengan jurusan kamu nantinya. Misal, teknik informatika baiknya bekerja di perusahaan IT, bukannya sebagai teller di bank.
Faktor lainnya yang akan menjadi penentu besarnya gaji yang akan kamu terima ketika selesai kuliah adalah universitas yang kamu pilih. Saat ini Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Gadjah Mada (UGM) masih menjadi tiga universitas negeri yang memiliki peluang digaji lebih besar. Apabila perekonomian keluargamu berada di level menengah ke bawah, kuliah di Universtitas Negeri tentu saja menjadi pilihan utama, mengingat biaya kuliah yang jauh lebih murah dibandingkan dengan kuliah di universitas swasta. Akan lebih baik lagi apabila kamu bisa diterima di salah satu tiga universitas yang saya sebutkan di atas karena peluang untuk mendapatkan beasiswa akan lebih besar.
Sementara, jika orang tuamu memiliki cukup harta dalam hal ini mereka tidak terlalu pusing dengan apa yang akan mereka makan besok hari, yang terutama adalah anak-anaknya memiliki titel dan kalau bisa kuliah di universitas ternama, maka SELAMAT, hidupmu akan jauh lebih ringan. Kamu bisa bebas memilih jurusan apa saja yang kamu suka. Yang penting adalah komitmen kamu untuk menyelesaikan studymu demi orang tuamu.
- Kenali dirimu sendiri
Mayoritas anak-anak SMA sederat akan menjawab membahagiakan orang tua. Selanjutnya, kamu bisa mengajukan pertanyaan lanjutan kepada orang tuamu, bagaimana cara yang memungkinkan untuk kamu lakukan agar bisa membahagiakan mereka. Hal ini dibutuhkan agar baik kamu dan orang tua memiliki tujuan yang sama. Akan lebih baik lagi apabila nantinya orang tua mengatakan bahwa kebahagiaanmu adalah kebahagiaan mereka.
Setelah kamu mengetahui apa yang menjadi harapan dari orang tuamu, langkah selanjutnya adalah kenali kemampuan dirimu sendiri. Seberapa pintar dirimu nantinya untuk menyelesaikan setiap soal-soal yang diberikan oleh universitas yang akan kamu pilih. Kalau kamu memilih tiga universitas yang saya sebutkan di atas, maka salah satu syarat utama agar kamu diterima adalah kamu harus bisa menyelesaikan seluruh soal-soal MM dengan benar. Syarat kedua, apabila pilihanmu di universitas itu adalah jurusan IPA, maka selain soal MM, soal Fisika, Kimia, dan Biologi sebaiknya juga harus benar semua. Kalau tidak bisa benar semua, setidaknya perbandingan yang benar harus jauh lebih besar dibandingkan dengan perbandingan yang salah.
Itulah dua tips besar yang mungkin bisa membantu adik-adik di dalam mengambil keputusan untuk memilih jurusan yang nantinya akan dijalani. Dimana kedua tips ini tentu saja masih membutuhkan operasional yang lebih mendetail tergantung dengan gaya adaptasi dari adik-adik.
Saya sendiri karena berasal dari keluarga yang miskin harta, lulus kuliah di Perguruan Negeri adalah syarat mutlak untuk bisa kuliah. Dan saat itu, saya membidik universitas terbaik yang ada di Indonesia, alasannya hanya satu yaitu jurusan apapun di universitas terbaik di negeri ini pastinya akan jauh lebih dihargai sepanjang masih di Indonesia. Dan tentu saja untuk mengincar beasiswa. Saya berpikir realistis untuk tidak terlalu bersikap sok idealisme memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakat saya. Bagi saya dulu yang terpenting adalah bisa kuliah dulu, dan kuliah di Universitas terbaik di Indonesia tentunya. Yang lain-lainnya, akan saya jalani selanjutnya. Dimana semua disiplin ilmu itu baik adanya, jurusan apapun yang akan saya pilih pastinya semuanya akan sangat bermanfaat jikalau kita sendiri komit untuk menyelesaikannya.
Saya memilih jurusan psikologi di Universitas Indonesia. Jujur, saya tidak mengetahui apapun mengenai jurusan ini. Pengetahuan saya benar-benar kosong mengenai jurusan ini. Apa yang dialami oleh Harry Potter ketika pertama sekali dia mengetahui bahwa dia adalah penyihir, ketidaktahuan dia tentang dunia sihir bisa saya rasakan karena saya juga merasakannya ketika pertama kali saya si gadis kampung pertama kali tiba di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Tekad saya untuk bisa kuliah di universitas terbaik di Indonesia dan menyelesaikannya dengan tepat waktu adalah motivasi saya untuk bisa tetap bertahan dan memperjuangkan mimpi saya. Dan saya beruntung sekali karena saya tidak salah memilih, tepat seperti dugaan saya ketika saya masih duduk di bangku SMA bahwa alumni dari universitas terbaik di negeri ini akan selalu mendapatkan penghargaan lebih dari pengusaha-pengusaha dalam hal gaji. Tentu saja ini bukan melulu karena almamater saya, melainkan dari segi para alumni pun ada beban mental untuk memberikan yang terbaik setelah meninggalkan perkuliahan.
Jadi, adik-adik jangan terlalu ribet di dalam memilih jurusan. Semua jurusan itu baik adanya. Sekarang apa yang menjadi kebutuhanmu, kebutuhan orang tuamu. Dan selaraskanlah itu dengan otakmu. Apabila kamu punya punya orang tua yang kaya raya, keberadaan otakmu sih bisa dinomortigakan, karena sekarang banyak universitas yang bisa memberikan jurusan apapun yang kau inginkan sesuai dengan kekayaan orang tuamu. Bagi adik-adik yang memiliki orang tua seperti saya, tidak memiliki harta, daripada ribet memilih jurusan, mending sekarang asah otakmu dulu karena jurusan apapun yang akan kau pilih akan tersedia selama kapasitas otakmu mampu.
Sunday 17 January 2016
KALAU BISA GRATIS, MENGAPA HARUS BAYAR?
Beberapa kali
dalam berbagai kesempatan aku bertemu dengan banyak orang yang sangat senang
menikmati hal-hal yang berbau gratis. Bukan karena tidak mampu secara materi,
melainkan telah menjadi sebuah kebanggaan tersendiri apabila mampu mendapatkan
sesuatu yang gratis. Kalau ada yang gratis, mengapa harus bayar? Pola pikir
seperti ini, masih terukir indah di masyarakt kita. Aku sendiri tidak mau
menjadi manusia yang naïf, aku akui mendapatkan sesuatu yang gratis itu adalah
anugrah, akan tetapi kalau sampai memfokuskan diri untuk melulu mendapatkan
yang gratis, menurutku itu bukanlah sikap yang harus dipertahankan apalagi
disosialisasikan kepada anak-anak dan cucu-cucu kita.
Salah satu
pengalamanku yang paling fenomenal mengenai kegratisan ini adalah ketika aku
kuliah di Universitas Indonesia dimana ada begitu banyak mahasiswa yang
mengajukan surat tidak mampu untuk bisa kuliah gratis. Memalsukan dokumen
pendukung yang dibutuhkan bahkan sampai acting
berpura-pura menjadi orang tidak mampu. Setelah permohonan dikabulkan, maka
yang bersangkutan akan bangga mengatakan betapa dia telah berhasil mendapatkan
kegratisan itu.
Hal yang sama
juga aku temukan di dalam lingkunganku bekerja. Untuk setiap karyawan yang
melakukan perjalanan dinas diberikan biaya maksimal sejumlah X, dimana apabila
biaya sejumlah X ini tidak habis wajib dikembalikan kepada organisasi. Akan
tetapi kenyataannya banyak karyawan yang mempergunakan biaya perjalanan dinas
itu secara maksimal, nyaris tidak pernah ada sisa. Lagi-lagi sebuah sikap
dimana kegratisan itu sangat menyenangkan.
Budaya
menikmati kegratisan inilah yang bertumbuh sangat subur di Indonesia, di
masyarakat kita. Kita semua pasti tahu dengan program kesehatan yang saat ini
sedang berlaku di Indonesia, yang lebih dikenal dengan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS). Program ini sesungguhnya merupakan program yang sangat
menakjubkan, dimana setiap orang di Indonesia khususnya mereka yang penghasilannya
di bawah UMR atau bahkan yang tidak memiliki penghasilan memiliki kesempatan
untuk memperoleh layanan kesehatan dengan harga yang terjangkau atau bahkan
gratis. Prakteknya? Mari kita lihat, BPJS ini lebih banyak dinikmati oleh
mereka yang sangat suka dengan kegratisan.
Beberapa waktu yang lalu, seorang
kerabat sangat bangga menceritakan kepada kami, bagaimana dia berhasil mendapatkan
layanan gratis ini. Padahal kerabat ini memiliki rumah sendiri dimana-mana,
kendaraan pribadi tiga, dan masih banyak lagi harta yang dimiliki. Akan tetapi
masih tetap saja mencari layanan yang
gratis.
Banyak orang yang mengeluhkan
bahwa layanan BPJS yang diberikan oleh pemerintah saat ini masih jauh dari
sempurna dan bahkan sangat mengecewakan. Pemerintah, para petugas medis, dan
staf BPJS tidak jarang mendapatkan makian dari masyarakat yang dikecewakan oleh
layanan ini. Akan tetapi, mari kita kritisi kembali sikap hati kita terhadap program
ini. Dana BPJS diambil dari APBN dan biaya APBN ini tentu saja membutuhkan
persetujuan DPR. Kita lihat sendiri bagaimana sikap kerja DPR kita. Aku tidak
perlu membahasnya di sini. Dari segi masyarakat, peserta BPJS, dipungut biaya
untuk program ini. Akan tetapi, secara logika dengan sejumlah dana yang kita
keluarkan untuk BPJS, tidak akan mencukupi untuk mendanai kesehatan untuk
seluruh masyarakat yang ingin gratis. Yang terjadi adalah antrian layanan BPJS
yang sangat panjang.
Aku berasal dari keluarga yang tidak kaya. Bapakku seorang tukang becak dan ibuku
pedagang kaki lima. Aku kuliah dengan gratis di Universitas Indonesia, tetapi
untuk kebutuhanku sehari-hari aku tetap harus bekerja. Sesungguhnya aku bisa
saja memanfaatkan kondisi kemiskinan ini, akan tetapi aku malu mendapatkan
sesuatu yang gratis. Sejujurnya, aku juga malu kuliah gratis di Universitas
Indonesia, akan tetapi aku tidak ada pilihan lain, karena aku ingin kuliah.
Ketika di kehamilan pertamaku, seharusnya aku bisa menikmati layanan BPJS dari
program pemerintah ini, karena suamiku adalah Pegawai Negeri Sipil, dimana
secara otomotis aku berhak mendapatkan
layanan BPJS ini. Di smaping itu, aku juga wanita bekerja dimana sebagian dari gajiku sudah dipotong untuk biaya BPJS. Akan tetapi, kami memilih untuk menggunakan gaji kami sendiri
untuk biaya konsultasi dan bahkan untuk biaya operasi melahirkanku. Bukan karna
kami sekarang sudah kaya dan tidak membutuhkan program BPJS lagi, melainkan
kalau memang kami masih bisa membayar, mengapa harus memilih yang gratis?
Aku dan suami berjanji bahwa kami
hanya akan menggunakan BPJS, apabila kami benar-benar sudah tidak mampu lagi di
dalam membayar biaya kesehatan kami. Karena BPJS itu memang ditujukan bagi yang
tidak mampu. Kalau kita masih mampu memiliki rumah sendiri lebih dari satu,
memiliki kendaraan pribadi lebih dari satu, memiliki penghasilan berlipat-lipat
kali ganda dari nilai UMR, bukankah kita seharusnya malu bila masih tetap antri untuk
menggunakan BPJS? Kalau kita bisa beli gadget yang harganya jutaan rupiah, bisa
makan di mall hampir tiap hari, berlibur ke luar negeri, masakan untuk beli
obat dan periksa ke dokter yang harganya tidak lebih dari 500 ribu harus
menggunakan BPJS?
Sementara saudara-saudara kita
yang makan saja susah, ketika mereka berobat menggunakan BPJS akhirnya tidak
bisa dilayani dengan cepat dikarenakan kita telah “mencuri” haknya. Memang
benar, adalah kewajiban negara untuk menjamin kesejahteraan seluruh rakyat
Indonesia, akan tetapi kita yang memiliki moral sudah seharusnya membantu
program pemerintah ini dengan cara mengutamakan yang lebih berhak untuk
mendapatkannya. Percayalah, kita tidak akan miskin hanya dengan memberi
kesempatan itu kepada yang lebih membutuhkan dibandingkan dengan kita. Di
samping itu, para tenaga medis pun tidak akan selalu kewalahan dengan
panjangnya antrian yang membuat mereka akhirnya bisa memberikan pelayanan
secara maksimal. Tenaga medis pun manusia, mereka pun akan kelelahan apabila
setiap hari dikerumuni oleh masyarakat yang selalu ingin gratis.
Seharusnya kita bangga menikmati kegratisan karena kita berprestasi, bukan karena kita miskin materi. Dan, yang terutama, bijaksanalah menggunakan hak kita.
Subscribe to:
Posts (Atom)