Thursday 12 November 2020

REPLY 1988


Untuk pertama kalinya saya mengalami hal yang berbeda setelah menonton drama korea REPLY 1988. Banyak sekali pembelajaran yang bisa didapatkan dari drama ini, khususnya mengenai life skill. Terlepas dari pro kontra terhadap akhir cerita dari drama ini, drama ini telah memberikan inspirasi untuk saya khususnya dalam menjalani kehidupan.

Seperti judulnya setting dari drama ini adalah tahun 1988 - 1994. Kisah - kisah yang ditampilkan tentunya kehidupan yang terjadi di zaman ini. Jika dibandingkan dengan usia saya, tahun itu adalah tahun - tahun pertama hidup saya di dunia ini. Hal yang beda dari drama ini dibandingkan dengan drama korea yang lain adalah tidak ada satupun karakter yang antagonis dan fokus dari alur cerita tidak melulu mengenai kehidupan percintaan, tetapi persahabatan, keluarga, dan kehidupan dalam bertetangga dengan nilai - nilai yang baik.

Melihat realita saat ini saya pun tergugah untuk bisa mengaplikasikan hal-hal baik yang ada di drama ini. Saya merefleksikan ke dalam kehidupan bertetangga saya saat ini, apa yang bisa saya lakukan untuk bisa menciptakan kehidupan bertetangga yang ada di drama Reply 1988 ini ?  Saya ingin hal baik yang sudah saya lihat di drama ini bukan hanya selesai di sebuah drama saja, melainkan harus bisa terjadi juga di dalam kehidupan nyata. Apalagi dalam kondisi pandemi covid 19 ini, kehidupan bertetangga seperti yang dipaparkan di drama ini sangat dibutuhkan. Saling membantu, saling berbagi, akan membuat pandemi ini lebih mudah untuk dilalui. 

Saya percaya bahwa setiap manusia itu memiliki insting untuk melakukan hal yang baik. Sejahat-jahatnya manusia, saya yakin ada ruang di dalam hatinya untuk berbuat baik, minimal untuk dirinya sendiri atau untuk orang yang dia cintai, hanya saja mungkin dengan cara yang tidak biasa, sehingga dinilai jadi negatif. Berangkat dari hal inilah, beberapa nilai - nilai positif yang mungkin bisa dilakukan dalam keseharian adalah :
  • Ringan tangan dalam hal memberi, bahkan memberi di dalam kekurangan mereka. Walaupun  tidak berlebihan dalam hal materi, akan tetapi tokoh - tokoh di dalam drama ini adalah orang yang tidak pelit dan perhitungan, dengan begitu tulus bersedia berbagi bahkan kepada mereka yang memiliki materi lebih banyak dari mereka. Keluarga Choi dan keluarga Kim di dalam drama Reply 1988 ini memiliki uang yang lebih banyak dibandingkan dengan keluarga yang lain. Sementara keluarga Daek Sun, walaupun mereka tinggal di semi basement mereka tetap bisa berusaha untuk berbagi dengan keluarga Choi dan keluarga Kim. Satu fenomena yang menarik buat saya bahwa memberi itu tidak harus menunggu kamu kaya. Dalam kondisi kamu yang sekarang, pasti ada sesuatu yang bisa kamu bagikan kepada orang lain. Keluarga Kim tidak kekurangan dalam hal makanan, dengan uang yang mereka miliki, mereka bisa membeli makanan apapun yang mereka inginkan. Akan tetapi keluarga Daek Sun yang selalu dibantu oleh keluarga Kim tetap berusaha berbagi, membagikan makanan mereka. Dari sini saya belajar jangan hanya mau berada di posisi menerima saja, tetapi juga harus bersedia memberi. Hidup ini bukan melulu hanya menerima, tapi harus memberi. Melalui memberi maka hidup akan terasa lebih berguna, dan untuk itulah misi hidup kita menjadi berguna dengan makna positif.  Lebih jauh lagi, ayah Daek Sun, walaupun mereka hidup miskin, dia tetap bersedia membantu mereka yang hidupnya kurang lebih sama dengannya. Dia sudah cukup bahagia hanya dengan melihat anak-anak mereka hidup sehat. Rasa untuk berbagi yang sangat tinggi. Sung Sun Wo yang adalah anak orang miskin juga, akan tetapi ketika Kim Jung Hwan yang adalah anak orang kaya ingin pergi beli batere untuk walk man-nya, Sung Sun Wo bersedia memberikan miliknya ke Kim Jung Hwan. Jika ditilik lebih dalam lagi, dengan kondisi Sung Sun Wo dia bisa saya tidak memberikan baterenya ke Kim Jung Hwan, toh Kim Jung Hwan punya banyak duit untuk membelinya, akan tetapi Sung Sun Wo bersedia memberikan batere itu ke Kim Jung Hwan. Adegan ini menjadi sebuah tamparan juga buat saya sendiri, seberapa besar saya mau berbagi kepada orang lain, tidak ingin selalu berada di posisi menerima.
  • Dari kehidupan keluarga Kim dan keluarga Choi yang memiliki banyak uang, mereka berusaha untuk tidak show off. Material yang mereka miliki tidak menjadi hal yang perlu diheboh-hebohkan sehingga tidak membuat yang lain iri hati atau merasa semakin terpuruk dengan kondisi mereka. Ada beberapa adegan ketika ibunya Daek Sun menunjukkan rasa iri hatinya akan tetapi hal itu bisa dikelola sehingga tidak sampai merusak keharmonisan kehidupan bertetangga. Ketika Daek Sun mengajak temannya main ke rumah, Daek Sun mengakui bahwa dia memiliki rasa malu dengan kondisi rumahnya, akan tetapi temannya yang kaya raya mengatakan bahwa menjadi miskin itu bukan masalah. Dari hal ini pembelajaran yang saya dapatkan adalah menjadi tidak memiliki materi yang berlebihan bukanlah dosa, bukanlah hal yang memalukan yang harus ditolak atau dikutuki. Itu adalah kondisi yang harus diterima tanpa harus mengasihani diri sendiri dan iri hati terhadap orang lain. Saya harus bisa terus menegakkan kepala saya karena saya tidak melakukan kesalahan. Dan ketika saya ini pun saya tidak kesulitan dalam hal mendapatkan makanan saya juga tidak perlu memamerkannya kepada orang lain karena hal itu akan menjadi pencobaan yang sangat berat bagi mereka yang berjuang untuk mendapatkan uang. 
    Saat ini, orang - orang banyak yang malu menjadi miskin. Hal ini membuat orang - orang merekayasa kondisi mereka yang sesungguhnya. Oleh karena itu sekali lagi saya tegaskan, miskin itu bukan dosa, tidak perlu malu dengan hal itu. Jikalau ada yang merendahkanmu atau mengucilkanmu karena kamu miskin, itu berarti dia bukan teman atau tetangga yang cocok untukmu. Teruslah berbuat baik, maka tak akan ada satupun orang yang akan merendahkanmu lagi. Kebaikan akan mengalahkan segalanya. Kalau kamu miskin, maka bekerja keraslah tapi jangan merekayasa kondisimu. Memiliki impian menjadi kaya dengan tujuan untuk bisa merendahkan orang lain adalah tujuan hidup yang tidak punya makna, akan tetapi jika ingin menjadi kaya agar bisa membantu orang lain itulah misi yang sesungguhnya. Jika tidak ada keinginan untuk membantu orang lain, sebaiknya tidak usah memiliki impian untuk menjadi kaya karena kamu akan menjadi batu sandungan bagi orang lain, kamu akan membuat orang lain jatuh ke dalam pencobaan dan tidak akan menjadi berkat. Karena itulah ada tertulis, cinta uang adalah akar dari segala dosa.
  • Kegigihan anak - anak di drama ini untuk belajar di sekolah. Banyak adegan yang menunjukkan mereka memiliki jam belajar yang banyak bahkan sampai larut malam dan sampai mimisan. Seumur-umur saya belum pernah belajar sampai mimisan. Di drama ini mereka sudah dituntun bahwa di dalam hidup ini harus memiliki tujuan, memiliki impian. Tidak heran sekarang Korea Selatan begitu maju, mereka mendidik generasi muda mereka untuk belajar dengan keras. Diterima di Universitas itu adalah hal yang sangat penting bagi mereka dan itu benar-benar diusahakan dengan sungguh-sungguh belajar. Di sisi lain, ditunjukkan juga bahwa masuk universitas  bukan satu-satunya tujuan hidup, Choi Taek sekolah hanya sampai di bangku SMP, dia memfokuskan diri dengan bermain catur baduk dan menjadi seorang Juara. Kim Jung Hwan pun memilih berkarir sebagai Angkatan Udara, sementara Daek Sun menjadi pramugari, dan Ryu Dong Ryong menjadi pengusaha restoran.
  • Kerendahan hati. Di dalam drama ini, mereka yang pintar tidak pernah ditunjukkan merendahkan mereka yang bodoh di sekolah. Tidak ada ekslusivitas bagi mereka yang dianggap pintar. Sung Sun Wo dan Kim Jung Hwan adalah anak-anak yang pintar akan tetapi mereka sangat rendah hati, tidak pernah menyombongkan diri dan merasa superior dibandingkan dengan anak-anak yang lain.Sung Sun Wo dan Kim Jung Hwan pun bisa berteman dengan baik walaupun di sekolah mereka bisa dibilang bersaing untuk merebutkan juara 1. Akan tetapi mereka cukup terbuka dengan hal itu, menjadi juara 1 bukan menjadi hal yang harus diperebutkan dengan mengorbankan relasi. Menjadi juara adalah baik, akan tetapi bukan yang utama.
  • Kesederhanaan. Drama ini dibuat di dalam kesederhanaan, tokoh - tokoh yang ditampilkan pun hidup dalam kesederhanaan. Gaya hidup di dalam kesederhanaan ini yang sekarang sudah sangat susah ditemukan di dalam lingkaran kehidupan saya. Semua orang berlomba-lomba untuk menampilkan kemewahan. Saya bukannya orang yang anti dengan kemewahan, akan tetapi jika kemewahan itu diperoleh bukan dari jalan yang benar dan bukan hasil kerja keras, mata saya risih melihatnya. Dan biasanya orang - orang yang mendapatkan kemewahan itu dari bantuan orang tua semisal karena networking orang tua, warisan dari orang tua, atau karena korupsi, menjadi benalu bagi orang lain, mereka - mereka ini yang menampilkan kemewahannya dengan sangat berlebihan. Saya bersyukur memiliki Presiden Joko Widodo yang menampilkan kesederhanaan. Dari sekian Presiden Indonesia, dia adalah satu-satunya Presiden yang menunjukkan kerja keras dan kesederhanaan. Semoga beliau bukan menjadi Presiden terakhir yang menunjukkan nilai kesederhanaan dan kerja keras ini.
  • Persahabatan. Persahabatan antara Daek Sun, Choi Taek, Kim Jung Hwan, Sung Sun Wo, dan Ryu Dong Ryong menjadi sebuah tema di dalam drama ini. Saya setuju bahwa persahabatan itu adalah yang harus selalu dirajut dalam kehidupan ini. Persahabatan pun terjalin di antara orang tua mereka. Tidak peduli sebera pintar dan seberapa kaya dirimu, jikalau kamu tidak memiliki sahabat maka semuanya itu akan terasa hampa. Dengan perkembangan teknologi sekarang ini, menjadi pertanyaan juga buat saya, adakah engkau memiliki sahabat? Sahabat yang rela menari menggantikanmu hanya untuk agar engkau bisa mendapatkan hadiahnya, seperti yang dilakukan oleh Kim Jung Hwan, Sung Sun Wo dan Ryu Dong Ryong ke Daek Sun? Atau adakah engkau sudah menjadi sahabat yang baik bagi orang lain yang bersedia meletakkan egomu untuk membantu orang lain, seperti yang dilakukan Choi Taek kepada ayah Kim Jung Hwan? Dia rela menelepon fansnya untuk bisa menolong ayah Kim Jung Hwan yang sedang butuh penanganan medis segera, dimana Choi Taek adalah pribadi orang yang tidak mau merepotkan orang lain. Seringkali pertanyaan yang muncul adalah saya tidak memiliki sahabat, tidak ada yang bersedia melakukan hal yang baik buat saya. Sekarang saya bertanya pada diri saya sendiri, sudahkah saya menjadi sahabat yang baik kepada orang lain?
Sekian dulu nilai-nilai yang saya dapatkan setelah menonton drama Korea Reply 1988. Saya selalu berharap agar nilai - nilai yang baik yang ada di drama ini bisa ditemukan di tengah-tengah kehidupan bertetangga, kehidupan keluarga, kehidupan pertemanan agar dunia ini semakin lebih indah untuk ditinggali. Kebahagiaan itu begitu nyata kalau kita mau berbuat baik selalu.




Monday 9 November 2020

5 kunci untuk bahagia

 Di masa pandemi covid 19 ini menjadi pribadi yang bahagia adalah sesuatu yang wajib untuk meningkatkan imun tubuh. Lalu, bagaimanakah caranya untuk bahagia di tengah-tengah pandemi covid 19?

Berikut ada lima langkah simpel dan sederhana yang bisa dilakukan agar kita bisa bahagia.

  • Temukan hal - hal positif yang terjadi di dalam kehidupan sehari - hari. Walaupun hal yang positif itu sangat kecil dan sepele, fokuskan pikiran ke sana. Mungkin bagi mereka yang kehilangan pekerjaan karena pandemi ini, mereka yang penghasilannya jadi berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali, mari melihal hal positif dari kejadian tersebut. Setidaknya sampai saat ini bernafas masih gratis, masih bisa berjalan, masih bisa melihat, etc. Fokuslah ke hal positif sesulit apapun  kondisi yang ada saat ini. 
ini adalah foto permukiman yang ada di Palangkaraya, rumah di atas rawa. coba temukan hal positif apa yang bisa dilihat dari foto ini.



  • Menghargai setiap keindahan atau setiap momen. Walaupun bagi orang lain mungkin itu akan sangat terlalu sederhana sekali, it's ok! 
Beberapa waktu yang lalu saya mengunjungi suami saya yang bekerja di Palangkaraya. Saya sangat takjub dengan keindahan langit di Palangkaraya yang begitu sangat indah dan cerah sekali. Jika kita berhenti sejenak, melihat dan menyadari sekeliling kita, ada begitu banyak hal yang indah yang telah Tuhan ciptakan. Tidak suatu kebetulan Tuhan menciptakan manusia di hari keenam, bukan di hari pertama. Tuhan menyediakan hal-hal yang indah dulu bukan hanya untuk kebutuhan kita tapi juga untuk kita bisa menikmatinya. Hujan pun bisa terlihat indah dan menyejukkan, iya kan?



Ini adalah foto langit Palangkaraya, begitu sangat indah.

  • Rajin-rajinlah berbuat baik. Jika memang memungkin ada padamu, berbagilah dengan sesama. Berbagi disini bukan hanya dalam hal materi. Berbagi bisa dilakukan dengan banyak cara, berbagi senyum, tenaga, pikiran, ide, waktu. Bahkan jika semua itu pun tidak ada padamu, berbuat baik bisa dilakukan dengan berdoa untuk orang - orang yang ada di sekitarmu. Atau dengan tidak memberikan komentar - komentar negatif di sosial media juga sudah merupakan hal yang baik. Jika kamu tidak setuju atau tidak suka dengan informasi yang kamu baca di media sosial, cukup simpan di dalam hatimu, tidak perlu meneruskannya ke orang lain atau bahkan memberikan komentar negatif. Bereaksilah terhadap informasi - informasi yang positif saja. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang rajin berbuat baik, hidupnya lebih bahagia. Berbuat baiklah bukan hanya untuk mendapatkan balasan. Jika perbuatan baikmu mendapatkan balasan, syukuri akan tetapi jika tidak maka lakukanlah itu sebagai ucapan syukur karena Tuhanmu sudah mati bagiMu di kayu salib, menggantikanmu. Jika kau berbuat baik hanya untuk agar terlihat keren oleh orang lain dengan kata lain sebagai pencitraan atau biar nanti bisa mendapatkan balasan, maka berbuat baik akan terasa sangat melelahkan. Berbuat baiklah karena itu akan membuatmu bahagia.


  • Luangkan waktu untuk terkoneksi dengan alam. Sebisa mungkin sering - seringlah berada di alam terbuka, ke luar dari ruangan tertutup, meminimalisir penggunaan AC. Di masa pandemi ini adalah sebuah kesempatan untuk mengurangi diri nongkrong di cafe atau di mall. Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang memiliki hoby bercocok tanam pun hidupnya akan lebih bahagia. Jika memang memungkinkan bagimu untuk berkebun tidak ada salahnya untuk mencoba hoby baru di rumah selama pandemi ini.
Ini adalah sungai Sabangau yang airnya warna hitam di Palangkaraya, yang saya abadikan ketika saya mengunjungi suami yang sedang bekerja di Palangkaraya. Sebagai informasi tambahan warna air sungai hitam bukan karena limbah pabrik melainkan karna gambut dan juga akar-akar tanaman yang ada di sekitarnya.



Ini adalah semangka yang tanam di samping rumah saya berasal dari keisengan dan ternyata semangkanya tumbuh dan berbuah manis. Walau hanya panen dua biji, hal ini sudah cukup membahagiaka.



  • Berolahraga. Dengan melakukan kegiatan fisik minimal 15 menit akan membuat kita lebih semangat. Akan lebih baik jika olah raga bisa dilakukan di luar ruangan. Akan tetapi jika tidak memungkinkan, olah raga di dalam rumah pun bisa dilakukan. Ada banyak jenis olah raga yang bisa dilakukan di rumah, seperti yoga atau aerobik. Bahkan kegiatan untuk bersih-bersih rumah, memasak, mengubah layout rumah pun bisa disebut olah raga. Yang penting adalah badan ini harus bergerak. move, move, move. move your body! run, walk, bike, jog, etc.

Selain dari kelima hal di atas, ada tiga hal lain yang bisa dilakukan untuk kita bisa lebih optimis untuk bahagia. Atau dengan kata lain 3 hal yang harus kita hindari yang bisa menurunkan hasrat kita untuk bahagia:
  • negative thinking
Pikiran-pikiran negatif akan selalu datang tanpa diundang bahkan tanpa kita sadari. Oleh karena itu kita harus selalu berjaga-jaga agar jangan sampai pikiran kita dibajak. Mengenai hal ini telah pernah saya paparkan di tulisan saya sebelumnya, silahkan dicek ke sini ya.https://raninainggolan.blogspot.com/2020/11/tujuh-obat-waras-selama-pandemi-covid-19.html
  • never ending complaining
Adalah reaksi yang paling gampang bagi kita untuk komplain, mengeluh. Apapun yang terjadi di luar dari harapan kita, reaksi pertama manusia adalah mengeluh. Sebagai manusia dewasa kita perlu berpikir, apakah dengan mengeluh akan menyelesaikan masalah yang kita hadapi? Sekali-kalipun tidak, yang ada orang di sekitar kita yang mendengarnya pun akan tersulut dan yang ada bukannya kebahagiaan yang kita dapatkan malah orang - orang akan menjauh dari kita. Ada banyak hal yang bisa dikeluhkan dalam hidup, tapi untuk apa? Untuk apa melakukan sesuatu yang sudah pasti tidak akan mendatangkan hal yang baik untuk kesehatan mental kita.
  • negative information
Zaman sekarang dengan begitu mudahnya akses yang didapat untuk mendapatkan informasi membuat kita tidak bisa membedakan mana informasi yang negatif dan mana informasi yang positif. Otak kita lelah dengan begitu banyaknya informasi yang hadir di ruang pribadi kita. Oleh karena itu, pergunakan gadget, TV seperlunya saja. Perbanyak melakukan aktivitas yang lebih produktif. Ada begitu banyak aktivitas yang bisa dilakukan selain menghabiskan waktu dengan membaca informasi-informasi yang ada di sosial media. Salah satu strategi yang saya lakukan adalah saya dengan sengaja tidak menginstal aplikasi berita di handphone saya. Di sosial media pun saya hanya membukanya untuk berbagi informasi bukan dengan sengaja untuk melihat status-status orang lain. Dengan demikian saya membatasi diri saya untuk mendapatkan informasi - informasi negatif yang merusak otak saya.

Kebahagiaan kita adalah tanggung jawab kita sendiri. Kita yang menentukan apakah kita bisa bahagia atau tidak, bukan orang lain. Semoga tips-tips di atas bisa membantu mengambil keputusan untuk bahagia.


Monday 2 November 2020

Tujuh obat waras selama pandemi covid 19

Saya teringat ketika memasuki tahun 2020, saya sangat kuatir sekali. Saya merasa tidak berdaya penuh dengan kecemasan. Apa yang saya rasakan saat itu sepertinya menjadi sebuah firasat bahwa tahun 2020 akan menjadi tahun yang sangat sulit untuk kulalui secara mental. Saya bersyukur sampai saat ini saya menemukan 7 hal yang bisa menjadi senjata saya dalam menjalani hari - hari saya di situasi saat ini.

Beberapa hal yang terus aku pelajari dan praktekkan selama pandemi covid 19 ini adalah:

 

1.   Berhenti untuk menyuruh Tuhan melakukan ini dan itu kepadaku. Sebagai gantinya aku berusaha keras membuat list untuk mengingatkanku akan segala keajaiban yang telah Tuhan lakukan, mulai dari hal yang terkecil dan terlihat sepele sampai ke hal - hal besar dalam hidupku. Intinya adalah fokus dengan berkat-berkat yang sudah Tuhan berikan bukan dengan apa yang belum diberikan.

2.   Berhenti mempercayai bahwa aku tidak bisa mengontrol pikiranku. 

Dulu ketika di sekolah minggu, aku tidak mengerti maksud lagu ini:

Aku bukan pasukan berjalan, pasukan berkuda, pasukan menembak

Aku tidak menembaki musuh, tapi aku laskar Kristus

Aku laskar Krisus, siap grak!

Sekarang aku memahami bahwa pikiranku adalah medan pertempuran, dimana layaknya sebuah pertempuran ada kalanya pikiranku dikepung, dikuasai,  dikontrol bahkan dibajak.  Seperti lagu sekolah minggu di atas, aku adalah laskar Kristus, aku harus memenangkan setiap pertempuran yang ada di pikiranku karena hanya dengan demikianlah aku bisa mengontrol pikiranku. Dan Tuhan sendiri juga memberikan kuasa serta kebebasan untukku.

3.   Aku mulai mengkonsumsi ‘makanan sehat’ untuk otak. Aku mulai dengan membaca hal – hal yang inspiratif, informasi – informasi yang menenangkan jiwa, kata – kata yang hangat didengar.

4.   Alih – alih untuk selalu mengekspos apa yang aku rasakan, aku memilih untuk mengekpos apa yang aku percayai. Bukan berarti aku menolak berbagai emosi yang kualami, tapi aku memilih untuk mengucapkan, melafalkan, mengekspresikan apa yang aku percayai, yang kuyakini dengan berpegang pada firman Tuhan. Adapun ayat favoritku adalah  Aku percaya bahwa Tuhan adalah setia, Ia akan menguatkan hatiku dan memeliharaku terhadap yang jahat (2 Tesalonika 3: 3). *

5.  Satu fakta yang aku tahu bahwa pikiran positif tidak lahir begitu saja, mereka perlu dihadirkan, diciptakan, dibuat ada. Sementara pikiran negatif tidak akan pergi, kalau tidak diusir. Seperti menanam benih unggul, memerlukan perawatan yang ekstra, khusus dan diniatkan agar benih tersebut tumbuh dan menghasilkan buah. Demikian halnya dengan pikiran positif, perlu dilatih. Dan segala hal yang negatif perlu dicabut, dibasmi, disingkirkan.

Aku pernah membaca tulisan yang mengatakan, aku tidak bisa melarang burung terbang di atas kepalaku, tetapi aku bisa melarang mereka untuk membuat sangkar di atas kepalaku. Hal-hal negatif bisa saja terjadi di dalam hidupku akan tetapi aku tidak akan membiarkan mereka membajak pikiranku.

6.   Merayakan setiap proses kecil yang sudah kulalui

Aku menyadari kalau selama ini aku nyaris tidak pernah memberikan apresiasi kepada diriku atas segala sesuatu yang sudah kulakukan. Tuhan saja setiap selesai melakukan penciptaan di tiap harinya Dia mengapresiasi diriNya dengan mengatakan, Dia melihat bahwa semuanya itu baik.

Setiap hari sebelum tertidur, aku mengatakan kepada diriku kerja bagus, Rani walaupun masih banyak hal yang belum selesai, yang masih perlu dikerjakan setidaknya untuk apa yang telah kulakukan, aku belajar dari Tuhan untuk memberikan penghargaan bahwa semuanya baik.

7.   Memiliki pengharapan dan iman kepada Tuhan bahwa rencanaNya selalu yang terbaik.

Percaya bahwa rencana Tuhan yang terbaik adalah sebuah tantangan buatku, apalagi karena aku tidak tahu cerita akhir dari Tuhan terhadapku akan  seperti apa. Aku yang adalah tipe orang yang fokus kepada hasil, membuatku frustasi menanti akan hasil akhir dari rencana Tuhan di dalam hidupku. Kuberjuang mengandalkan Tuhan setiap hari dan tidak menduakan dia dengan sumber daya yang kumiliki.

 

Ketujuh hal di atas sampai saat ini masih terus aku praktekkan menjalani pandemic covid 19 ini. Belum sempurna, tapi itu menjadi point penting untuk membuatku terus waras menjalani hari – hariku.

 

* 2 Tes 3 : 3 --> kata mu aku ganti jadi ku

 

 

 

Sunday 21 February 2016

ARTI SEBUAH KEBANGGAAN


Akhir-akhir ini, begitu banyak pro dan kontra mengenai Rio Haryanto, yang akan mengikuti kompetisi di Formula One 2016/2017. Pro karena untuk pertama kalinya orang Indonesia bisa mengikuti kompetisi olah raga mahal ini. Kontra karena ternyata Rio Haryanto membutuhkan dukungan dana yang tidak sedikit, dimana PERTAMINA (perusahaan minyak Indonesia) dan juga Pemerintah Indonesia mendukung sang olahragawan dengan menyumbangakan dana yang katanya seharusnya lebih baik digunakan untuk hal lain, misalnya untuk kesehatan dan pendidikan rakyat Indonesia dibandingkan untuk mendukung seorang Rio Haryanto.

Fenomena ini membuat saya teringat dengan fenomena yang terjadi di dalam kehidupan kita sehari-hari. Salah satu contohnya adalah ketika akan melangsungkan pernikahan. Mari kita cermati, ketika kita memutuskan untuk melangsungkan pernikahan, berapa biaya yang dibutuhkan? Mulai dari biaya gedung, biaya makanan, souvenir, pakaian pernikahan, dan biaya-biaya lainnya. Bukankah sebaiknya uang sebanyak itu lebih baik dipergunakan untuk modal usaha pengantin baru? Mengapa tidak cukup hanya menikah di catatan sipil saja, tidak perlu melakukan resepsi  dan atau melakukan acara adat di hotel atau gedung pernikahan?

Tentu saja alasan utamanya adalah karena adanya rasa suka cita, adanya rasa bangga. Pengantin dan keluarga pengantin merasa bersuka cita dan memiliki kebanggaan sehingga perasaaan ini dituangkan ke dalam perayaan dengan resiko mengeluarkan banyak uang. Bahkan tidak sedikit yang memilih untuk berutang! Melangsungkan resepsi dan upacara pernikahan adat di kota besar di Indonesia, MINIMAL membutuhkan dana sebesar Rp 30.000.000,00. Uang sebanyak ini seharusnya bisa dipergunakan untuk modal usaha, mengkredit rumah baru, atau untuk yang lainnya. Akan tetapi, di masyarakat kita, hal ini adalah tindakan yang lumrah. Walaupun biaya resepsi dan acara adat pernikahan mahal, masyarakat kita tidak pernah jera untuk melangsungkan pernikahan di hotel maupun gedung-gedung pernikahan. Buktinya, saat ini bisnis pernikahan berkembang dengan sangat subur. Dan setiap sabtu telah dinobatkan menjadi hari kondangan di kota-kota besar di Indonesia.

Hal yang sama juga terjadi di komunitas di mana aku dibesarkan. Di dalam komunitasku, pendidikan adalah hal yang terutama. Hanya agar semua anak-anak mendapatkan pendidikan setinggi mungkin, banyak keluarga-keluarga menengah ke bawah di komunitasku memilih untuk tidak makan tiga kali sehari, rumah hampir roboh, kalau sakit tidak dibawa ke rumah sakit, semua dana diutamakan untuk biaya sekolah anak-anaknya. Mengapa?

Lagi-lagi alasannya adalah karena sebuah kebanggaan bagi para orang tua di komunitasku apabila anak-anaknya mampu memperoleh gelar pendidikan. Sekali lagi, intinya adalah KEBANGGAAN.

Kembali ke Rio Haryanto. Kalau saat ini PERTAMINA dan Pemerintah Indonesia mendukung sang olahragawan ini, menurutku adalah sah-sah saja. Memang benar, biaya yang dibutuhkan sangat besar. Tapi itulah harga yang harus dibayar untuk sebuah KEBANGGAAN.
Kalau ditanya apa yang akan didapatkan oleh Indonesia dari dukungan yang diberikan oleh PERTAMINA dan Pemerintah Indonesia? Jawabannya, banyak bangat.
  1. Indonesia akan lebih dikenal di dunia Internasional. Orang-orang di luar sana tidak lagi berkata, Indonesia itu dimananya BALI?
  2. Rasa bangga ketika logo PERTAMINA terpapar di dunia Internasional. Orang-orang di luar sana akan bertanya, apa itu PERTAMINA, dan mereka akan tahu bahwa itu adalah perusahaan minyak di Indonesia. Selama ini, dunia Internasional hanya mengenal SHELL, PETRONAS, dll. Di tengah-tengah gejolak harga minyak sekarang, PERTAMINA, perusahaan minyak Indonesia mampu mendukung seorang olahragawan di ajang olah raga bergengsi ini. Saatnya mengangkat harga diri bangsa Indonesia. Selama ini Indonesia lebih banyak dikenal dengan hal-hal yang negatif, inilah momentum yang tepat untuk menunjukkan pada dunia, bahwa Indonesia itu adalah negara yang besar. Jangan pandang remeh lagi dengan bangsa kita ini.
  3. Langkah yang diambil oleh Pemerintah Indonesia untuk mendukung Rio Haryanto adalah untuk membangun image dan brand Indonesia yang baru. Untuk membangun brand, tentu saja membutuhkan dana yang besar. Kata siapa biaya branding itu murah? Dan masih bertanya lagi, apa yang akan didapat kalau  Indonesia memiliki branding yang oke di mata dunia? Tidak pernah beli barang branded ya?
  4. Kalau kita jeli mengamati kondisi masyarakat Indonesia, salah satu cara untuk memupuk rasa nasionalisme adalah melalui olahraga. Masih ingat ketika tim sepakbola Indonesia melawan tim sepakbola Malayasia? Betapa nasionalisme kita terpapar jelas di sana, tidak peduli agama apa yang kita yakini, dari suku mana kita berasal, merk gadget yang kita pakai (samsung, apple, BB,etc), semuanya sepakat mendukung timnas. Moment-momen seperti inilah yang dibutuhkan rakyat Indonesia, agar rasa persatuan dan kesatuan itu tetap berkobar. Dan masih bertanya untuk apa rasa persatuan dan kesatuan itu perlu dikobarkan? Ketika pelajaran PPKn di sekolah tidak tidur, kan?

Aku adalah pengikut Yesus. Ketika seorang perempuan bernama Maria Magdalena meminyaki kaki Yesus dengan minyak yang sangat mahal, para murid-murid Yesus pun mengkritisi tindakan perempuan itu. Mengapa minyak semahal itu dipergunakan untuk meminyaki kaki Yesus, bukankah minyak itu sebaiknya dijual dan uangnya diberikan kepada fakir miskin?
Jawaban Yesus adalah, "Mengapa kamu menyusahkan perempuan ini? Sebab ia telah melakukan perbuatan yang baik pada-Ku. Karena orang miskin akan selalu ada padamu, tetapi aku tidak akan selalu ada bersama-sama kamu ( Mat 26 : 10 - 11).

Lihat saja, sudah 2016 tahun sejak zamannya Yesus, orang miskin ternyata memang masih selalu ada di antara kita. Memodifikasi jawaban Yesus, akan tetapi orang yang berprestasi yang bisa menjadi salah satu peserta kompetisi F1 dari Indonesia tidak akan selalu ada. Buktinya, sudah berapa kali diadakannya kompetisi F1 di dunia ini, baru kali ini Indonesia mencetak seseorang yang bisa mengikuti kompetisi ini.

Dan kalau ada yang bilang bahwa F1 itu bukan olah raga, setidaknya sampai detik ini aku belum pernah melihat pembalap F1 yang memiliki berat badan over weight atau obesitas, melainkan memiliki tubuh yang ideal. Sekilas dapat disimpulkan bahwa mereka pun melakukan olahraga, minimal agar berat badan dan bentuk tubuhnya tetap ideal.

Jadi, sama seperti pemerintah Indonesia dan PERTAMINA, aku pun akan mendukung Rio Haryanto dalam kompetisi F1 2016/2017. Sekali lagi, memang harus dibayar dengan mahal, karena itulah ARTI DARI SEBUAH KEBANGGAAN.

Monday 8 February 2016

TIPS MEMILIH JURUSAN KULIAH







Pertanyaan yang selalu datang kepada adik-adik yang duduk di bangku sekolah, khususnya di SMA dan sederajat adalah jurusan apa yang akan dipilih setelah menyelesaikan masa sekolahnya. Beruntung bagi mereka yang sekolah di perkotaan, mendapatkan keputusan dengan adanya bantuan psikotest yang sering sekali diadakan di sekolah masing-masing. Atau  adanya orang tua yang mampu memfasilitasi mereka bertemu dengan para psikolog untuk mengetahui bakat dan minat mereka.

Lalu bagaimana dengan adik-adik yang kerap sekali tidak mendapatkan refrensi di dalam mengambil keputusan ini?

Adik-adik tidak sendirian. Saya juga pernah ada di posisi itu sekitar 10 tahun yang lalu. Kebingungan dan nyaris tersesat di dalam memutuskan pilihan jurusan. Berikut adalah beberapa tips berdasarkan pengalaman saya yang semoga bisa membantu adik-adik semua di dalam memilih  jurusan yang akan dipilih untuk didalami nantinya setelah menyelesaikan masa SMA sederajat.

  • Kenali kondisi perekenomian keluarga, dalam hal ini pada umumnya perekonomian ayah dan ibu. Atau siapa saja yang berperan aktif di dalam pembiayaan hidupmu. 
Mengapa? 

      Di dalam fenomena yang ada di kehidupan masyarakat kita, mari berpikir realistis. Tujuan setiap orang tua menyekolahkan anak-anaknya adalah agar anaknya bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari orang tuanya. Pendidikan adalah satu cara paling efektif untuk mewujudkannya. Oleh karena itu, di dalam pemilihan jurusan perkuliahan, sangat penting untuk mengenal kondisi perekonomian keluarga. 
    Apabila kamu memiliki orang tua dengan perekonimian  di tahap menengah ke bawah, pada umumnya harapan mereka setelah kamu kuliah adalah menghasilkan uang secepat mungkin dan kalau bisa dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu pilihlah jurusan yang berpeluang dalam menghasilkan uang dengan cepat dan dalam jumlah yang besar.
    Saat ini jurusan yang paling banyak mendapatkan apresiasi dari perusahaan-perusahaan adalah jurusan teknik, seperti teknik informatika, teknik industri, teknik elektro, teknik sipil, teknik perkapalan, teknik pertambangan, teknik kelautan, dan berbagai jenis jurusan teknik lainnya. Tentu saja, dengan syarat harus bekerja di perusahaan yang sesuai dengan jurusan kamu nantinya. Misal, teknik informatika baiknya bekerja di perusahaan IT, bukannya sebagai teller di bank.
    Faktor lainnya yang akan menjadi penentu besarnya gaji yang akan kamu terima ketika selesai kuliah adalah universitas yang kamu pilih. Saat ini Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Gadjah Mada (UGM) masih menjadi tiga universitas negeri yang memiliki peluang digaji lebih besar. Apabila perekonomian keluargamu berada di level menengah ke bawah, kuliah di Universtitas Negeri tentu saja menjadi pilihan utama, mengingat biaya kuliah yang jauh lebih murah dibandingkan dengan kuliah di universitas swasta. Akan lebih baik lagi apabila kamu bisa diterima di salah satu tiga universitas yang saya sebutkan di atas karena peluang untuk mendapatkan beasiswa akan lebih besar.
    Sementara, jika orang tuamu memiliki cukup harta dalam hal ini mereka tidak terlalu pusing dengan apa yang akan mereka makan besok hari, yang terutama adalah anak-anaknya memiliki titel dan kalau bisa kuliah di universitas ternama, maka SELAMAT, hidupmu akan jauh lebih ringan. Kamu bisa bebas memilih jurusan apa saja yang kamu suka. Yang penting adalah komitmen kamu untuk menyelesaikan studymu demi orang tuamu.
  • Kenali dirimu sendiri
    Saya tahu ini adalah pekerjaan yang paling berat untuk adik-adik SMA sederajat. Jangankan kalian yang masih berusia 18 tahun, bahkan yang sudah berusia 40 tahun pun belum tentu mengenal dirinya sendiri! Kalau kamu tidak memiliki kesempatan untuk mengikuti psikotest, untuk mengetahui bakat dan minatmu, kamu bisa mempertanyakan beberapa pertanyaan kepada dirimu sendiri. Pertanyaan dasar pertama yang bisa kamu tanyakan kepada dirimu sendiri adalah apa yang kamu inginkan?
Mayoritas anak-anak SMA sederat akan menjawab membahagiakan orang tua. Selanjutnya, kamu bisa mengajukan pertanyaan lanjutan kepada orang tuamu, bagaimana cara yang memungkinkan untuk kamu lakukan agar bisa membahagiakan mereka. Hal ini dibutuhkan agar baik kamu dan orang tua memiliki tujuan yang sama. Akan lebih baik lagi apabila nantinya orang tua mengatakan bahwa kebahagiaanmu adalah kebahagiaan mereka. 
    Setelah kamu mengetahui apa yang menjadi harapan dari orang tuamu, langkah selanjutnya adalah kenali kemampuan dirimu sendiri. Seberapa pintar dirimu nantinya untuk menyelesaikan setiap soal-soal yang diberikan oleh universitas yang akan kamu pilih. Kalau kamu memilih tiga universitas yang saya sebutkan di atas, maka salah satu syarat utama agar kamu diterima adalah kamu harus bisa menyelesaikan seluruh soal-soal MM dengan benar. Syarat kedua, apabila pilihanmu di universitas itu adalah jurusan IPA, maka selain soal MM, soal Fisika, Kimia, dan Biologi sebaiknya juga harus benar semua. Kalau tidak bisa benar semua, setidaknya perbandingan yang benar harus jauh lebih besar dibandingkan dengan perbandingan yang salah.

Itulah dua tips besar yang mungkin bisa membantu adik-adik di dalam mengambil keputusan untuk memilih jurusan yang nantinya akan dijalani. Dimana kedua tips ini tentu saja masih membutuhkan operasional yang lebih mendetail tergantung dengan gaya adaptasi dari adik-adik.

Saya sendiri karena berasal dari keluarga yang miskin harta, lulus kuliah di Perguruan Negeri adalah syarat mutlak untuk bisa kuliah. Dan saat itu, saya membidik universitas terbaik yang ada di Indonesia, alasannya hanya satu yaitu jurusan apapun di universitas terbaik di negeri ini pastinya akan jauh lebih dihargai sepanjang masih di Indonesia. Dan tentu saja untuk mengincar beasiswa. Saya berpikir realistis untuk tidak terlalu bersikap sok idealisme memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakat saya. Bagi saya dulu yang terpenting adalah bisa kuliah dulu, dan kuliah di Universitas terbaik di Indonesia tentunya. Yang lain-lainnya, akan saya jalani selanjutnya. Dimana semua disiplin ilmu itu baik adanya, jurusan apapun yang akan saya pilih pastinya semuanya akan sangat bermanfaat jikalau kita sendiri komit untuk menyelesaikannya.

Saya memilih jurusan psikologi di Universitas Indonesia. Jujur, saya tidak mengetahui apapun mengenai jurusan ini. Pengetahuan saya benar-benar kosong mengenai jurusan ini. Apa yang dialami oleh Harry Potter ketika pertama sekali dia mengetahui bahwa dia adalah penyihir, ketidaktahuan dia tentang dunia sihir bisa saya rasakan karena saya juga merasakannya ketika pertama kali saya si gadis kampung pertama kali tiba di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Tekad saya untuk bisa kuliah di universitas terbaik di Indonesia dan menyelesaikannya dengan tepat waktu adalah motivasi saya untuk bisa tetap bertahan dan memperjuangkan mimpi saya. Dan saya beruntung sekali karena saya tidak salah memilih, tepat seperti dugaan saya ketika saya masih duduk di bangku SMA bahwa alumni dari universitas terbaik di negeri ini akan selalu mendapatkan penghargaan lebih dari pengusaha-pengusaha dalam hal gaji. Tentu saja ini bukan melulu karena almamater saya, melainkan dari segi para alumni pun ada beban mental untuk memberikan yang terbaik setelah meninggalkan perkuliahan. 

Jadi, adik-adik jangan terlalu ribet di dalam memilih jurusan. Semua jurusan itu baik adanya. Sekarang apa yang menjadi kebutuhanmu, kebutuhan orang tuamu. Dan selaraskanlah itu dengan otakmu. Apabila kamu punya punya orang tua yang kaya raya, keberadaan otakmu sih bisa dinomortigakan, karena sekarang banyak universitas yang bisa memberikan jurusan apapun yang kau inginkan sesuai dengan kekayaan orang tuamu. Bagi adik-adik yang memiliki orang tua seperti saya, tidak memiliki harta, daripada ribet memilih jurusan, mending sekarang asah otakmu dulu karena jurusan apapun yang akan kau pilih akan tersedia selama kapasitas otakmu mampu.

Sunday 17 January 2016

KALAU BISA GRATIS, MENGAPA HARUS BAYAR?

Beberapa kali dalam berbagai kesempatan aku bertemu dengan banyak orang yang sangat senang menikmati hal-hal yang berbau gratis. Bukan karena tidak mampu secara materi, melainkan telah menjadi sebuah kebanggaan tersendiri apabila mampu mendapatkan sesuatu yang gratis. Kalau ada yang gratis, mengapa harus bayar? Pola pikir seperti ini, masih terukir indah di masyarakt kita. Aku sendiri tidak mau menjadi manusia yang naïf, aku akui mendapatkan sesuatu yang gratis itu adalah anugrah, akan tetapi kalau sampai memfokuskan diri untuk melulu mendapatkan yang gratis, menurutku itu bukanlah sikap yang harus dipertahankan apalagi disosialisasikan kepada anak-anak dan cucu-cucu kita.
Salah satu pengalamanku yang paling fenomenal mengenai kegratisan ini adalah ketika aku kuliah di Universitas Indonesia dimana ada begitu banyak mahasiswa yang mengajukan surat tidak mampu untuk bisa kuliah gratis. Memalsukan dokumen pendukung yang dibutuhkan bahkan sampai acting berpura-pura menjadi orang tidak mampu. Setelah permohonan dikabulkan, maka yang bersangkutan akan bangga mengatakan betapa dia telah berhasil mendapatkan kegratisan itu.
Hal yang sama juga aku temukan di dalam lingkunganku bekerja. Untuk setiap karyawan yang melakukan perjalanan dinas diberikan biaya maksimal sejumlah X, dimana apabila biaya sejumlah X ini tidak habis wajib dikembalikan kepada organisasi. Akan tetapi kenyataannya banyak karyawan yang mempergunakan biaya perjalanan dinas itu secara maksimal, nyaris tidak pernah ada sisa. Lagi-lagi sebuah sikap dimana kegratisan itu sangat menyenangkan.
Budaya menikmati kegratisan inilah yang bertumbuh sangat subur di Indonesia, di masyarakat kita. Kita semua pasti tahu dengan program kesehatan yang saat ini sedang berlaku di Indonesia, yang lebih dikenal dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Program ini sesungguhnya merupakan program yang sangat menakjubkan, dimana setiap orang di Indonesia khususnya mereka yang penghasilannya di bawah UMR atau bahkan yang tidak memiliki penghasilan memiliki kesempatan untuk memperoleh layanan kesehatan dengan harga yang terjangkau atau bahkan gratis. Prakteknya? Mari kita lihat, BPJS ini lebih banyak dinikmati oleh mereka yang sangat suka dengan kegratisan.
Beberapa waktu yang lalu, seorang kerabat sangat bangga menceritakan kepada kami, bagaimana dia berhasil mendapatkan layanan gratis ini. Padahal kerabat ini memiliki rumah sendiri dimana-mana, kendaraan pribadi tiga, dan masih banyak lagi harta yang dimiliki. Akan tetapi masih tetap saja mencari  layanan yang gratis.

Banyak orang yang mengeluhkan bahwa layanan BPJS yang diberikan oleh pemerintah saat ini masih jauh dari sempurna dan bahkan sangat mengecewakan. Pemerintah, para petugas medis, dan staf BPJS tidak jarang mendapatkan makian dari masyarakat yang dikecewakan oleh layanan ini. Akan tetapi, mari kita kritisi kembali sikap hati kita terhadap program ini. Dana BPJS diambil dari APBN dan biaya APBN ini tentu saja membutuhkan persetujuan DPR. Kita lihat sendiri bagaimana sikap kerja DPR kita. Aku tidak perlu membahasnya di sini. Dari segi masyarakat, peserta BPJS, dipungut biaya untuk program ini. Akan tetapi, secara logika dengan sejumlah dana yang kita keluarkan untuk BPJS, tidak akan mencukupi untuk mendanai kesehatan untuk seluruh masyarakat yang ingin gratis. Yang terjadi adalah antrian layanan BPJS yang sangat panjang.

          Aku  berasal dari keluarga yang tidak kaya. Bapakku seorang tukang becak dan ibuku pedagang kaki lima. Aku kuliah dengan gratis di Universitas Indonesia, tetapi untuk kebutuhanku sehari-hari aku tetap harus bekerja. Sesungguhnya aku bisa saja memanfaatkan kondisi kemiskinan ini, akan tetapi aku malu mendapatkan sesuatu yang gratis. Sejujurnya, aku juga malu kuliah gratis di Universitas Indonesia, akan tetapi aku tidak ada pilihan lain, karena aku ingin kuliah. Ketika di kehamilan pertamaku, seharusnya aku bisa menikmati layanan BPJS dari program pemerintah ini, karena suamiku adalah Pegawai Negeri Sipil, dimana secara otomotis  aku berhak mendapatkan layanan BPJS ini. Di smaping itu, aku juga wanita bekerja dimana sebagian dari gajiku sudah dipotong untuk biaya BPJS. Akan tetapi, kami memilih untuk menggunakan gaji kami sendiri untuk biaya konsultasi dan bahkan untuk biaya operasi melahirkanku. Bukan karna kami sekarang sudah kaya dan tidak membutuhkan program BPJS lagi, melainkan kalau memang kami masih bisa membayar, mengapa harus memilih yang gratis?

Aku dan suami berjanji bahwa kami hanya akan menggunakan BPJS, apabila kami benar-benar sudah tidak mampu lagi di dalam membayar biaya kesehatan kami. Karena BPJS itu memang ditujukan bagi yang tidak mampu. Kalau kita masih mampu memiliki rumah sendiri lebih dari satu, memiliki kendaraan pribadi lebih dari satu, memiliki penghasilan berlipat-lipat kali ganda dari nilai UMR, bukankah kita seharusnya malu bila masih tetap antri untuk menggunakan BPJS? Kalau kita bisa beli gadget yang harganya jutaan rupiah, bisa makan di mall hampir tiap hari, berlibur ke luar negeri, masakan untuk beli obat dan periksa ke dokter yang harganya tidak lebih dari 500 ribu harus menggunakan BPJS?

Sementara saudara-saudara kita yang makan saja susah, ketika mereka berobat menggunakan BPJS akhirnya tidak bisa dilayani dengan cepat dikarenakan kita telah “mencuri” haknya. Memang benar, adalah kewajiban negara untuk menjamin kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia, akan tetapi kita yang memiliki moral sudah seharusnya membantu program pemerintah ini dengan cara mengutamakan yang lebih berhak untuk mendapatkannya. Percayalah, kita tidak akan miskin hanya dengan memberi kesempatan itu kepada yang lebih membutuhkan dibandingkan dengan kita. Di samping itu, para tenaga medis pun tidak akan selalu kewalahan dengan panjangnya antrian yang membuat mereka akhirnya bisa memberikan pelayanan secara maksimal. Tenaga medis pun manusia, mereka pun akan kelelahan apabila setiap hari dikerumuni oleh masyarakat yang selalu ingin gratis.

Seharusnya kita bangga menikmati kegratisan karena kita berprestasi, bukan karena kita miskin materi. Dan, yang terutama, bijaksanalah menggunakan hak kita.