Wednesday 5 November 2014

Executive Search

     Bekerja adalah salah satu dan mungkin satu-satunya cara bagi manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan bekerja manusia akan mendapatkan upah, baik dalam bentuk uang maupun hal lainnya, misalnya kepuasan. Di dalam perkembangan dunia sekarang ini, bekerja di perkantoran adalah sebuah pekerjaan yang cukup bergengsi dibandingkan dengan pekerjaan yang tidak dapat dikategorikan ke dalam jenis apapun. Mayoritas orang menghabiskan waku, tenaga, pikiran, dan mungkin materi juga untuk bisa menjadi pekerja kantoran. Pekerja kantoran yang saya maksud di sini bukan hanya mereka yang bekerja di perusahaan swasta tapi juga di kantor pemerintahan atau lebih dikenal dengan Pegawai Negeri Sipil.
     Sebuah keberan saya kurang lebih tiga tahun memiliki pengalaman bekerja sebagai Human Resource Development (HRD). Saya ingin berbagi informasi bagi mereka yang sedang mencari pekerjaan karena saya yakin salah satu penyebab banyaknya pengangguran di Indonesia ini bukan hanya jumlah pekerjaan yang terbatas atau tidak sebanding dengan jumlah si pencari kerja, akan tetapi informasi mengenai pekerjaan tersebut tidak diketahui oleh si pencari kerja. Lebih jauh lagi, dalam tulisan ini saya akan memfokuskan dengan jenis pekerjaan yang bukan PNS atau yang kita kenal dengan pekerja swasta. Alasan utama saya karena jenis pekerjaan di swasta memiliki ruang yang lebih terbatas untuk diinformasikan kepada seluruh pencari kerja dengan alasan biaya, apalagi dengan perusahaan swasta yang memiliki budget terbatas. Berbeda halnya dengan pemerintah yang memiliki budget tidak terbatas sehingga informasi mengenai penerimaan calon PNS bisa diketahui oleh seluruh rakyat Indonesia.
     Proses perekrutan di perusahaan swasta sebenarnya kurang lebih memiliki kesamaan dengan yang dilakukan oleh pemerintah, yaitu melakukan pendaftaran terlebih dahulu, kalau beruntung akan mengikuti seleksi perekrutan, dan kalau jodoh akan bekerja di perusahaan tersebut. Itulah siklusnya secara kasar. Di zaman orang tua kita, untuk melakukan pendaftaran ke sebuah perusahaan mungkin prosesnya masih manual, yaitu dengan mendatangi setiap perusahaan dan meninggalkan CV di perusahaan tersebut. Atau mungkin di zaman kakak dan abang kita, harus mengirim berkas yang dibutuhkan lewat pos. Berbeda sekali dengan kondisi kita saat ini. Kita dipermudah dengan perkembangan teknologi, dimana berkas yang dibutuhkan di dalam pendaftaran untuk sebuah lowongan pekerjaan bisa dilakukan melalui email. Setiap orang di usia 20 - 30 tahun di tahun ini akan dianggap aneh bila tidak memiliki email.
Lebih detailnya lagi, proses pendaftaran ke perusahaan yang sedang mencari pekerjaan atau jenis perusahaan yang kita inginkan menjadi tempat kita bekerja bisa dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
  • Proses pendaftaran yang dilakukan oleh para calon karyawan melalui internet. yaitu melalui alamat web resmi dari perusahaan tersebut. Pihak perusahaan memberikan pengumuman dan cara untuk melakukan perndaftaran langsung tanpa adanya pihak ketiga di web mereka.
  • Masih berhubungan dengan internet, dengan kemajuan teknologi di zaman sekarang ini, banyak perusahaan perekrutan di dunia internet yang berkembang untuk mempertemukan pihak pemberi kerja dengan para pekerja di dunia internet. Mereka lebih dikenal dengan pihak ketiga. Contoh dari perusahaan yang bergerak di bidang ini adalah  JOBSTREET, JOB DB, CARIER.COM, LIONJOB, dsb. Cara kerja dari perusahaan pihak ketiga ini sangat membantu para calon pencari kerja. Cukup dengan mendaftarkan diri ke situs mereka dan mengisi data-data yang mereka minta, maka mereka akan mengirimkan jenis pekerjaan, nama perusahaan, requirement yang diharapkan, dan informasi yang terkait mengenai pekerjaan tersebut dimana informasi ini disesuaikan dengan data-data yang kita berikan kepada perusahaan pihak ketiga ketika kita melakukan pendaftaran. Setelah itu kita bisa melamar ke perusahaan tersebut secara langsung dengan alamat email kita atau bisa juga melamar ke pihak ketiga tersebut. Nantinya pihak ketiga yang akan meneruskan lamaran kita ke perusahaan yang kita lamar. Syarat utama dari proses ini adalah para calon pekerja diwajibkan untuk menjadi member di perusahaan ini. Dan data-data yang kita berikan adalah benar. Sebagai gantinya, mereka akan selalu mengirimkan  list perusahaan yang sedang mencari pekerja ke email si pencari kerja. Layanan ini gratis bagi para pencari kerja dan dikenakan tarif bagi perusahaan pencari kerja yang menggunakan layanan ini. Dari sudut pencari kerja, dengan adanya jenis perusahaan ketiga ini sangat menguntungkan dan membantu sekali. Para pencari kerja tinggal memilih jenis pekerjaan dan jenis perusahaan yang ingin dilamar sesuai dengan list perusahaan yang dikirimkan oleh pihak ketiga.
  • Masih dengan menggunakan email, saat ini juga telah berkembang sebuah jejaring profesional yang disebut dengan LINKED IN. Situs ini hampir mirip dengan jejaring sosial lainnya seperti FACEBOOK atau FRIENDSTER di zaman kakak dan abang kita. Perbedaannya terletak di profile yang kita share. Apabila di jejaring sosial kita bebas untuk men-share apapun, di situs ini kita sebaiknya hanya men-share segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia kerja. Situs ini adalah situs dimana para pelaku market place berkumpul, baik itu pihak si pencari kerja, si pemberi pekerjaan, atau mereka yang sudah bertahun-tahun di market place  untuk saling sharing knowledge di bidang yang mereka tekuni. Cara untuk mendaftar ke situs ini juga gratis untuk level Business Service. Apabila kita ingin meng-upgrade level kita ke Premium level, maka akan dikenakan biaya. Akan tetapi untuk status sebagai seorang pencari kerja, level business service juga sudah cukup memadai. Ketika kita melakukan pendaftaran menjadi member di LINKED IN, para pencari kerja diwajibkan untuk mengisi profile dengan pengalaman bekerja dan informsai yang mendukung, misalnya latar belakang pendidikan (almamater dan jurusan), award yang pernah diraih, dan penilaian rekan-rekan yang pernah bekerja dengan kita. Yang paling penting jangan menampilkan hal-hal yang membuat orang lain menilai kita kekanak-kanakan, alay, dan tidak profesional. Sekali lagi, situs ini adalah network yang membantu kita di dalam market place bukan untuk tempat curhat atau tempat kita menunjukkan kelemahan kita, sebaliknya disini adalah tempat kita "menjual diri" secara profesional. Profile kita disitus ini memang akan terlihat seperti  resume (CV) dimana semua orang memiliki akses untuk membacanya, termasuk para pencari pekerja.
  • Dari pihak perusahaan mengadakan event di suatu tempat dan mengundang para calon karyawan untuk menghadiri event tersebut. Event ini lebih dikenal dengan JOB FAIR. Biasanya, event ini diadakan oleh pihak ketiga dengan mengundang berbagai jenis perusahaan-perusahaan untuk hadir di event itu dan bertemu langsung dengan  para pencari kerja. Perusahaan pihak ketiga yang paling sering mengadakan event seperti ini adalah JOBSTREET. Untuk mempermudah para pencari kerja memperoleh informasi seperti ini, sebaiknya para pencari kerja sudah memiliki account atau sudah menjadi member dari JOBSTREET. Hal ini juga akan membantu para pencari kerja ketika mengikuti JOB FAIR, dimana biasanya sebelum memasuki event JOBSTREET selain kita harus bayar sebesar Rp 30.000,00 untuk satu hari, kita diwajibkan untuk menjadi member JOBSTREET. Bagi yang belum menjadi member JOBSTREET, kita akan disuruh untuk mendaftarkan diri dulu dan antriannya pastinya panjang. Kalau tidak mau antri hanya untuk melakukan pendaftaran ketika JOB FAIR diadakan, sebaiknya sebelum menghadiri event, daftarkan diri dulu ke JOBSTREET.
  • Perekrutan dilakukan oleh pihak ketiga, hampir sama dengan yang dilakukan oleh perusahaan yang bergerak di dunia maya (pada point dua) dimana tujuannya adalah mempertemukan pihak si pemberi kerja dengan si pencari kerja. Mereka ini dikenal dengan Recuritment consultant atau Executitive Research. Lalu apa bedanya dengan pihak ketiga yang telah saya sebutkan di point kedua di atas? Bedanya pada point kedua, ketika kita sudah menjadi member dari perusahaan pihak ketiga, kita akan dikirimkan list nama-nama perusahaan dan posisi yang sedang ada, tanpa bertemu dengan mereka secara langsung. Sementara dengan pihak ketiga yang selanjutnya akan saya sebut Executive Research, langsung berhubungan dengan kita, baik melalui telepon maupun bertemu. Biasanya mereka akan langsung melakukan interview dengan pihak pencari kerja dan memberikan hasil interview tersebut ke perusahaan yang membutuhkan. Jadi, ada kalanya data pencari kerja akan menjadi database mereka dan sewaktu-waktu mereka memiliki klien (perusahaan pemberi kerja) membutuhkan pencari kerja, mereka akan menggunakan database tersebut.
     Dalam tulisan saya kali ini, saya ingin memaparkan mengenai keberadaan Executive Search yang begitu sangat menjamur di Jakarta akan tetapi untuk para pencari kerja masih banyak yang tidak menyadari keberadaan mereka.

     Executive Search adalah pihak ketiga yang menghubungkan antara pencari kerja dan pemberi kerja. Di dunia market place perusahaan ini lebih dikenal dengan Head Hunter. Seperti namanya, perusahaan ini bertujuan untuk mencari para pencari kerja yang nantinya akan ditempatkan di perusahaan klien mereka. Akhir-akhir ini dan dalam banyak kesempatan, yang menjadi target utama dari perusahaan ini adalah bukan lagi para pengangguran, melainkan mereka yang masih aktif  menjadi karyawan di sebuah perusahaan. Istilah kerennya adalah membajak karyawan perusahaan lain. Tidak jarang terjadi, bahkan dari perusahaan klien memberikan nama-nama kepada perusahaan Executive Search untuk dibajak. Nama-nama tersebut akan dihubungi oleh Executive Search dan ditawarkan benefit yang lebih baik apabila mereka bersedia meninggalkan perusahaan yang sekarang dan bergabung dengan perusahaan klien dari Executive Search. Untuk mencegah hal ini,beberapa perusahaan besar membuat semacam peraturan bahwa karyawan mereka tidak bisa pindah ke perusahaan kompetitor sesaat setelah mereka mengajukan permohonan diri dari perusahaan tersebut. Selain itu, ada juga beberapa perusahaan yang tidak mau menerima karyawan dari perusahaan kompetitornya dengan alasan dan memang bisa saja terjadi, seorang karyawan "direlakan" dibajak dengan tujuan untuk menjadi mata-mata di perusahaan kompetitor. Setelah si karyawan tersebut mengetahui strategi bisnis dari perusahaan kompetitior, maka dia diminta untuk kembali ke perusahaan sebelumnya. Itulah dunia bisnis.
     Menjadi karyawan yang akan diburu oleh Executive Search memang bukanlah hal mudah. Hal ini disebabkan standar yang cukup tinggi yang diperlakukan oleh para Head Hunter. Tentu saja, karena mereka dibayar mahal untuk itu oleh para kliennya. Berbeda dengan JOBSTREET, dimana mereka akan menerima semua resume dari para pencari kerja yang mendaftarkan diri ke mereka. Mereka hanya mengkatergorikan latar belakang pendidikan dan atau jenis pekerjaan yang diinginkan oleh si pencari kerja. Di samping itu, proses yang harus dilalui melalui JOBSTREET lebih lama dibandingkan dengan Executive Search. Tidak heran, bagi para pencari kerja yang sudah berpengalaman di bidangnya pada umumnya lebih mendekatkan diri ke Executive Research dibandingkan ke JOBSTREET. Walaupun, JOBSTREET masih tetap dibutuhkan, bahkan oleh Executive Search sendiri. Executive Search juga dalam banyak hal masih menggunakan jasa JOBSTREET untuk mendapatkan resume yang mungkin bisa diproses untuk kebutuhan klien mereka. Intinya, untuk mendapatkan orang yang terbaik, segala macam cara dilakukan oleh mereka yang bekerja di bagian perekrutan.
     Lalu, apa yang harus dilakukan oleh mereka si pencari kerja?
  1. Siapkan CV, tentunya CV yang menjual dan benar-benar menggambarkan Anda secara profesional. Dan rajinlah meng-updatenya serta simpanlah CV Anda di tempat yang mudah Anda jangkau, misalnya di handphone, email, tab, flash disk, dsb. Jangan menunda hari keberuntungan Anda lebih lama lagi.
  2. Tidak bisa dipungkiri saat ini memang ada begitu banyak penawaran-penawaran yang dilakukan melalui telepon, baik itu penawaran kartu kredit, asuransi, dan bahkan penipuan. Oleh karena itu, kita harus tetap konsentrasi ketika panggilan telepon itu datang. Biasanya para Executive Search akan menghubungi Anda di hari kerja dengan salam yang cukup menyenangkan. Apabila saat itu, Anda tidak berada dalam kondisi yang tepat untuk menerima panggilan, Anda bisa menundanya dan memberitahukan jadwal available Anda untuk dihubungi. Atau apabila, saat itu Anda masih nyaman dengan pekerjaan Anda yang sekarang, belum berniat untuk pindah, utarakan juga hal ini dengan sopan karena Anda tidak tahu mungkin saja suatu hari nanti Anda membutuhkan mereka. Ingat yang mereka tawarkan adalah pekerjaan dimana melalui pekerjaan itu Anda memiliki peluang untuk mendapatkan upah atau posisi yang lebih baik dari yang Anda dapatkan sekarang. Di samping itu, tidak ada ruginya untuk bersikap manis dan sopan kepada mereka yang menawarkan pekerjaan.
  3. Bersikaplah sopan di dalam setiap jejaring sosial, hubungan antar pribadi, dan di lingkungan dimana pun Anda. Apabila Anda ingin dilirik oleh para Head Hunter, penilaian orang-orang yang berada di sekitar Anda sangatlah penting. Banyak orang gagal meraih karir yang lebih tinggi disebabkan perilakunya yang tidak sopan dan sesuai dengan norma sosial. Dunia ini sebesar daun talas, kita tidak pernah tahu bahwa setiap orang yang kita temui setiap harinya saling terkoneksi.
     Memiliki pengalaman di bidang rekruitment, membuatku mampu menarik kesimpulan bahwa sesungguhnya yang menyebabkan jumlah pengangguran di Indonesia teramat banyak bukan hanya karena minimnya lapangan pekerjaan. Akan tetapi, tingkah laku manusia-manusia di Indonesia yang tidak memiliki jiwa profesional dan keinginan belajar yang masih di bawah rata-rata. Padahal ada begitu banyak posisi di perkantoran yang masih kosong, yang membutuhkan banyak sumber daya manusia untuk bekerja di sana. Anehnya, dari sekian ratus juta manusia di Indonesia ini, sangat minim ditemukan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Dimana, para pencari kerja tersebut banyak gagal bahkan ketika di seleksi pertama.


Monday 13 October 2014

Lampu-lampu Malam Jakarta

   
  
        Lahir dan besar di salah satu desa di Sumatera Utara (desa Sangkar Nihuta, kurang lebih delapan jam dari Medan) membuat saya memiliki impian untuk merantau ke Jakarta. Banyak alasan mengapa saya ingin sekali meninggalkan kampung halaman. Salah satu faktor penarik saya untuk merantau ke Jakarta adalah bahwa di Jakarta terdapat banyak bangunan-bangunan tinggi, dimana apabila malam tiba lampu-lampu akan dinyalakan dan itu adalah pemandangan yang sangat indah bagi saya. Pemandangan ini sangat sering saya saksikan melalui TV ketika masih di kampung. Dulu, ketika saya menikmati pemandangan ini melalui layar kaca, saya berjanji dalam hati bahwa suatu hari nanti saya akan ke Jakarta dan menyaksikan pemadangan itu secara langsung. Mungkin ini adalah impian sederhana bagi banyak orang, akan tetapi bagi orang yang lahir dan dibesarkan di desa dengan keadaan ekonomi yang pas-pasan seperti saya, merantau ke Jakarta dan meninggalkan kampung halaman bukanlah seperti membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan perjuangan yang ekstra agar bisa mewujudkannya karena berhubungan dengan uang dimana uang tidak turun dari langit, bukan?
        Sekarang, sudah hampir delapan tahun saya menjadi perantau di Jakarta. Setelah menyelesaikan study saya di tingkat SMA di kampung halaman, saya pun merantau dan melanjutkan pendidikan saya di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Selama saya kuliah, impian saya untuk menikmati lampu-lampu Jakarta tidak langsung terwujud karena tempat saya kuliah ada di Depok, sementara untuk  menikmati lampu-lampu Jakarta membutuhkan dana yang tidak sedikit bagi mahasiswa rantau yang kere seperti saya. Walaupun demikian, impian saya untuk melihat lampu-lampu Jakarta belum pudar. Saya masih tetap berharap, bahwa suatu hari nanti saya akan menyaksikan pemandangan itu. Akhirnya hari itu pun datang. Pertama sekali saya menikmati lampu-lampu malam Jakarta adalah ketika saya berada di dalam sebuah bangunan perkantoran, yaitu tempat saya bekerja. Saya menangis saat itu. Impian saya sejak kecil akhirnya terkabul juga walaupun saat itu saya menikmatinya ketika saya sedang overtime di kantor. Hari-hari selanjutnya ketika atasan saya meminta saya untuk overtime di kantor, pemandangan Jakarta dengan lampu-lampu malamnya menjadi penghibur hati.
Di dalam kesendirian saya ketika menikmati lampu-lampu malam Jakarta, kadang kala saya merasakan ketidakadilan. Saya kecewa kepada Pemerintah yang selalu menganakemaskan Jakarta melalui pembangunan-pembangunan, salah satunya adalah dengan keberadaan lampu-lampu malam ini. Bagi saya dan mungkin anak-anak kampung lainnya yang memiliki kesenangan yang sama dengan saya, menikmati lampu-lampu malam, membutuhkan usaha ekstra untuk bisa menikmatinya. Menurut saya, perlakuan yang diberikan oleh Pemerintah kepada Jakarta sepertinya terlalu berlebihan. Memang benar Jakarta adalah ibukota Negara Indonesia, akan tetapi itu bukanlah menjadi alasan untuk meniadakan daerah-daerah lain di Indonesia. Setiap saat, Jakarta selalu mengalami pembangunan, ada banyak bangunan tinggi dan tentunya bangunan tinggi ini membutuhkan pasokan listrik yang tidak sedikit, misalnya pasokan listrik untuk mall-mall mewah. Tidak heran, Jakarta selalu menjadi tujuan utama orang-orang dari seluruh pelosok Indonesia, termasuk saya. Saya adalah orang yang paling tidak setuju dengan banyaknya mall-mall mewah di Jakarta. Di Jakarta ini, sepertinya keberadaan listrik tidak dipakai dengan efektif sementara di daerah di luar Jakarta, seperti di kampung halaman saya, keberadaan listrik dibatasi. Keberadaan listrik melalui lampu-lampu di jalanan dan pada bangunan-bangunan tinggi di Jakarta kebanyakan hanya untuk faktor estetika saja, dan terkesan pemborosan menurut saya.
        Terkait dengan lampu-lampu malam Jakarta, di satu sisi mungkin ini bukan hanya untuk estetika saja, melainkan juga untuk faktor keamanan, mengingat tindakan kriminal banyak dilakukan di tempat-tempat yang minim penerangan. Mengapa banyak terjadi tindakan kriminal, salah satu alasannya karena Jakarta sudah terlalu banyak manusia sementara sumber daya yang ada di Jakarta terbatas, akibatnya terjadi persaingan ketat untuk terhadap sumber daya yang terbatas itu. Kembali ke lampu-lampu malam Jakarta, satu hal yang saya tidak setuju dengan kebijkan PLN, sebagai pemasok listrik di Indonesia adalah ketika terjadinya pemadaman listrik di Jakarta. Saya memang tidak tahu-menahu secara mendetail mengenai sistem pemadaman listrik yang terjadi di Jakarta dan di kota-kota lainnya. Saya hanya tahu bahwa alasan Pemerintah dalam hal ini PLN melakukan pemadaman listrik adalah dikarenakan keterbatasan sumber daya listrik itu sendiri. Sejauh ini, saya menyadari PLN memang sudah sering melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk melakukan penghematan. Di samping itu, beberapa tahun terakhir ini, PLN juga sudah melakukan sistem prabayar dengan harapan masyarakat semakin berhemat dalam mempergunakan listrik. Hal ini merupakan kebijkan yang sangat saya apresiasi. 
        Sejalan dengan penghematan listrik, melalui tulisan saya ini, saya juga  ingin memberikan beberapa ide kepada kita semua untuk penghematan energi listrik. Untuk ide yang akan saya berikan saya akan fokus untuk di daerah Jakarta dan sekitarnya. Hal ini dikarenakan selama ini menurut saya pemborosan listrik lebih banyak terjadi di Jakarta dan sekitarnya. Tetapi tidak menutup kemungkinan juga untuk menerapkan ide saya ini untuk seluruh wilayah Indonesia.
1.    Sebagai orang yang memiliki latar belakang pendidikan di Psikologi, saya sangat peduli dengan keberlangsungan karakter masyarakat kita, khususnya kita yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya. Bukan hal yang baru lagi bahwa mayoritas dari kita yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya adalah pekerja. Kita banyak menghabiskan waktu di luar rumah dengan berbagai alasan, mulai dari alasan pekerjaan kantor sampai dengan demi keberlangsungsan hubungan silahturahmi dengan mereka yang kita kenal. Hal ini membuat rumah yang kita miliki hanya sebagai tempat penginapan saja, kita pulang ke rumah apabila kita sudah benar-benar letih dan ingin tidur. Ketika pemadaman listrik terjadi, apa yang kita lakukan? Saya yakin bagi kita yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya, baik yang sudah berkeluarga maupun tidak, tempat-tempat hiburan (misalnya : mall, cafe, hotel, karaokean, salon, dsb) mungkin akan menjadi pilihan utama kita. Mengapa kita kesana? Karena tempat-tempat itulah yang memungkinkan masih menyediakan penerangan. Kita enggan pulang ke rumah karena di rumah juga kita akan mati kutu tanpa adanya listrik. Sangat sedikit di antara kita yang tetap bersedia tinggal di rumah, menikmati kebersamaan dengan keluarga dengan kondisi pemadaman listrik.
Menurut saya, disinilah peran pemerintah dalam hal ini PLN dibutuhkan untuk mengkondisikan kembali masyarakat kita menjadi masyarakat yang cinta akan keluarga. Melalui apa? Apabila pemadaman listrik harus dilakukan di Jakarta dan sekitarnya, saya memiliki ide bagaimana apabila pemadaman listrik hanya dilakukan di seluruh bangunan-bangunan komersil saja, misalnya di mall, cafe, dan tempat-tempat hiburan lainnya. Sementara untuk bangunan yang terdaftar sebagai rumah, pemadaman listrik tidak terjadi. Dengan demikian, diharapkan mereka yang sedang berada di tempat-tempat komersil, akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah dan menghabiskan waktu dengan keluarga. Dan mereka yang berada di rumah juga akan lebih memilih untuk menghabiskan waktu di dalam rumah dibandingkan harus ke luar rumah karena di luar rumah pemadaman listrik sedang terjadi.
2.       Hari raya nyepi yang diadakan di Bali sepertinya juga sangat baik untuk diterapkan di Indonesia, khususnya di Jakarta. Hanya saja penerapannya hanya dengan yang berhubungan dengan listrik. Setiap wilayah di Jakarta ditetapkan hari “nyepi”, hari tanpa listrik satu hari tiap tahun dengan jadwal yang berbeda-beda untuk setiap daerah di Jakarta. Masyarakat dan perkantoran (industri) di Jakarta sebaiknya sudah diberitahukan jauh-jauh hari sebelumnya sehingga mereka mampu melakukan persiapan. Misal, pemadaman listrik dilakukan setiap tanggal 4 September untuk daerah Jakarta Barat, 18 September untuk daerah Jakarta Utara, dan demikian seterusnya.
3.   Selama ini di Indonesia selalu diadakan lomba kebersihan dan cinta lingkungan per kabupaten, untuk ke depannya Pemerintah dalam hal ini PLN akan lebih baik untuk menerapkan kabupaten/kotamadya yang paling efisien dan efektif di dalam menggunakan listrik.
             
        Saya menyadari ketiga ide yang saya paparkan di BLOG ini, bukanlah ide yang mudah untuk dilakukan, mengingat masyarakat Indonesia sudah berada di zona nyaman selama ini dan sudah sangat dimanjakan, khususnya masyarakat Jakarta dimana segala sesuatunya tersedia dalam jumlah yang besar sepanjang kami memiliki uang. Bagi kami, selama kami mampu membayar beban listrik yang ditagihkan kepada kami, siapapun tidak bisa melarang bagaimana kami menghabiskan energi listrik tersebut. Kesadaran kami akan sumber daya yang ada di sekitar belumlah sampai ke level mencintai. Karena memang demikianlah kami didik, orang tua kami, orang-orang di sekitar kami juga melakukan hal yang sama. Kami hanya sibuk memikirkan apa yang bersinggungan dengan kami secara langsung dan mencari uang sebanyak mungkin karena hanya dengan memiliki uang yang banyaklah kehidupan yang nyaman bisa diperoleh di Jakarta ini. Demikianlah pernyataan dari mayoritas masyarakat Jakarta saat ini. Pengadaan energi listrik adalah tugas Pemerintah, kami rakyat hanya tinggal membayar tagihan. Pola pikir seperti inilah yang harus kita rombak kembali. Memang benar, Pemerintah memberikan tagihan untuk setiap energi listrik yang telah atau yang akan kita pergunakan. Akan tetapi hal ini tidak menjadi hak mutlak kita untuk memakai energi listrik secara berlebihan. Orang yang tidak memiliki sejumlah uang yang sama dengan kita juga memiliki hak yang sama untuk menikmati energi listrik. Saya berharap, melalui ketiga ide yang saya paparkan di atas mampu mengubah pola pikir masyarakat untuk lebih menggunakan energi listrik dengan efisien dan efektif. Demikian halnya dengan Pemerintah dalam hal ini PLN agar lebih bekerja keras lagi di dalam melayani kebutuhan masyarakat sehingga masyarakat tidak merasa apatis lagi terhadap kinerja PLN.